Banda Aceh- Perwakilan Gerakan Anti Korupsi (GeRAK) Aceh, Destika Gilang Lestari mengatakan akademisi Aceh dinilai bungkam terkait tergerusnya nilai demokrasi Indonesia semasa Pemilu dan pemerintahan Joko Widodo. Terlebih atas diamnya dua universitas besar yang ada di Aceh.
Ia menyebut sikap diam yang diambil Universitas Syiah Kuala (USK) dan Universitas Islam Negeri Ar-raniry. Destika mengatakan seharusnya akademisi menjadi garda terdepan dalam menjaga nilai-nilai demokrasi di Indonesia, Senin (5/02/2024).
“USK dan UIN Ar-raniry sebagai kampus terbesar tidak berbicara. Malu kita kepada 29 kampus lain yang sudah berbicara tentang kondisi rusaknya demokrasi yang ada di Aceh,” ujar Destika.
Menurutnya, akademisi memiliki ketakutan akan ketiadaan proyek yang akan diembannya di masa mendatang. Terlebih dengan adanya ancaman-ancaman yang tidak diketahui.
“Mereka (akademisi di Aceh) memiliki ketakutan-ketakutan akan nantinya tidak ada proyek yang diberikan kepada mereka, seperti itu. Atau adanya ancaman-ancaman yang tidak kita ketahui,” ujar Destika.
Destika yang merupakan salah satu aktivis perempuan Aceh, merasa sangat prihatin dan sedih atas sikap bungkam yang terjadi di kalangan akademisi yang ada di Aceh terkait demokrasi.
“Kita prihatin dan sedih, sebagaimana akademisi yang memiliki nilai keilmuan yang tinggi seharusnya menjaga nilai demokrasi,” pungkasnya. (Chairil Aqsha/Lensakita.com)