Banda Aceh- Pojok karya Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) mewarnai kegiatan Aceh UMKM Berkah, Jum’at (29/9/2023). Melalui Aceh Flexi School, karya anak-anak ABK dipamerkan dalam kegiatan Aceh UMKM Berkah di Pasar Distanbun (Dinas Pertanian dan Perkebunan) Lampineung, Banda Aceh.
Karya yang ditampilkan berupa lukisan dengan motif yang sangat bervariasi mulai dari lukisan abstrak mewakili perasaan mereka masing-masing, hingga lukisan tentang gambaran kesehariannya.
Iin, terapis di Aceh Flexi School menyebutkan anak-anak ABK tidak bisa dipaksa, disamakan, dan dibandingkan dengan anak-anak pada kebanyakan, butuh kesabaran khusus dalam mendidik dan mengajarkan anak anak ABK, terlebih dalam menghadapi orang tua anak yang masih belum bisa menerima keadaan anaknya.
“Metode belajar yang tidak dipaksakan tapi sesuai perkembangan, lihat kemampuan anak dulu, misalnya si A usia aktif sekolah belum bisa menulis dengan sempurna, maka anak anak akan diterapi terlebih dahulu sesuai kebutuhan, seperti diterapi motorik halus dan kasarnya. Karena setiap anak punya keistimewaan sehingga ada cara yang berbeda untuk pendekatan” ungkap Iin.
Dalam proses belajar tidak hanya perihal akademik, tapi mereka juga belajar memasak, berkebun, melukis. Iin mengatakan untuk mengetahui minat dan bakat anak mengarah ke fokus mana, dapat dilihat melalui hal yang sederhana, namun butuh kepekaan.
“Misal pada anak down syndrom, ketika dihidupkan musik dia senang dan bahagia. Ada juga anak yang suka coret-coretan, maka akan diwadahi melukis di kanvas setelah terbiasa menggambar di kertas,” ujarnya.
Menurut Iin, tantangan dalam mendidik sangat beragam, anak-anak ABK umumnya memiliki perasaan yang sangat peka, butuh perhatian dan pelayanan yang lebih dibandingkan anak kebanyakan.
- Advertisement -
“Untuk bisa lebih dekat dengan mereka, kita bisa membujuk dan memuji anak. Ada juga anak yang sedang gembira namun tiba tiba sedih, bahkan sampai tantrum. Cara yang dilakukan untuk mengatasi adalah dengan memahami penyebab dia tantrum, berikan sentuhan, tunjukkan gaya berbicara yang lembut, disertai mimik wajah yang ekspresif dan antusias,” tutur Iin.
Iin mengatakan masih banyak orang tua dengan anak ABK yang belum bisa menerima keadaan anaknya, sehingga anak ABK disamakan dengan anak kebanyakkan tanpa peduli apa yang sebenarnya mereka butuhkan.
Iin berharap orang tua harus belajar lebih dan lebih sabar menerima kondisi anaknya. Ada banyak media belajar atau platform online yang bisa dimanfaatkan untuk mencari tau apa yang harus dilakukan untuk anaknya. Ia juga berharap pemerintah dapat lebih menaruh perhatian kepada anak-anak ABK seperti mensosialisasikan tentang Anak Berkebutuhan Khusus, dan media apa yang tepat untuk anak ABK belajar.
“Bagaimana cara mendukung anak ABK untuk bisa menyuarakan mimpi dan keinginan dengan segala keistimewaan yang mereka miliki,” ujarnya.
Adapun anak yang termasuk katagori ABK seperti down syndrom, autis, speech delay, tuli, dsb.