Banda Aceh– Tim Kebersihan dan Keamanan UMKM Mandiri Berkah mengadakan edukasi pemilahan sampah organik dan non organik kepada pengunjung di acara Usaha Kecil Mikro Menengah (UMKM) Mandiri Berkah, Jum’at (29/09/2023).
Deny, Tim Kebersihan dan Keamanan UMKM Mandiri Berkah menjelaskan bahwa sampah dapat menghasilkan senyawa metana dan karbon dioksida yang dapat membuat lapisan ozon semakin menipis. Ia mengatakan sampah berpengaruh 1-2% terhadap penipisan lapisan ozon yang mengakibatkan bumi semakin panas.
Dalam acara tersebut pengadaan program edukasi dilatarbelakangi oleh kasus-kasus sampah di Indonesia yang merupakan negara penyumbang sampah plastik nomor 2 terbanyak di dunia.
“Masyarakat umum masih menganggap semua sampah itu sama dan mereka enggak tau kalo sampah itu ada yang bernilai ada yang enggak. Masing-masing sampah, baik itu plastik dan makanan itu berbeda cara pemilahannya,” ungkapnya.
Deny juga menjelaskan bahwa sampah seperti botol plastik, kardus, itu memiliki nilai dan bisa digunakan untuk hal lain. Dia menjelaskan bahwa Tempat Pembuangan Akhir (TPA) punya masa pakai. Dalam kata lain, jika kita tidak rutin melakukan pemilahan sampah maka dapat mengurangi masa atau umur TPA.
”Misal ni di satu lokasi ada TPA diperkirakan umurnya 50 tahun dengan catatan lain yaitu sampah yang dihasilkan kisaran 100 ton per-hari. Namun kalau sampahnya berlebih dari target maka bisa mengurangi umurnya,” ujar Deny.
Dengan adanya pemilahan sampah tersebut selain mengurangi timbunan sampah, dapat juga meningkatnya nilai jual dari sampah tersebut. Ia juga mencontohkan perbedaan harga botol yang tidak dipilah dan yang dipilah.
- Advertisement -
”Pengepul biasa ngejual botol cuman dapat Rp. 1.500 per-kilonya. Sedangkan kalo kita melakukan pembukaan merek dan pemisahan tutup botol, sampahnya bisa naik harganya sampe Rp. 3000. Dan tutupnya juga bisa dijual dan bernilai seharga Rp. 2000,” kata Deny menjelaskan.
Deny lanjut menjelaskan cara pengolahan sampah organik yang dapat diolah secara langsung. Sampah organik dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk dengan cara meletakkan ember yang bolong di bagian bawah dan diletakkan di bawah pohon lalu didiamkan, maka lama kelamaan akan dapat diserap oleh pohon dan bisa menjadi pupuk.
Ia juga menyebutkan bahwa pengolahan sampah di Aceh masih sangat terbatas, hanya pada sampah kertas dan kardus. Hal tersebut membuat masyarakat belum teredukasi karena belum tersedia sarana yang menampungnya.
“Untuk menanggulangi permasalahan tersebut dapat dimulai dari kesadaran diri sendiri, edukasi keberlanjutan dan harus terus kepada masyarakat, mengurangi pemakaian plastik dan menggunakan tempat makan atau minum yang bisa dipakai ulang,” pungkasnya.
Ia berharap masyarakat tidak membuang sampah sembarangan dan mau melakukan pemilahan sampah organik dan non organik.