Banda Aceh- Unit Kajian Hukum Humaniter dan Pengungsi berkolaborasi dengan Pusat Riset Komunikasi Pemasaran, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kita Kreatif) mengadakan agenda Focus Group Discussion di Aula Fakultas Hukum USK, 7 Mei 2024. Kegiatan tersebut bertema “Dilema kemanusiaan: pengungsi dan ketahanan negara”.
Sekretaris pusat riset Kita Kreatif, Hendra Halim mengatakan universitas berperan penting dalam menganalisis dan memberikan pandangan yang mendalam terhadap isu-isu tersebut.
“Melalui kemitraan antara pusat riset Kreatif dan Fakultas Hukum, kami bermaksud untuk tidak hanya mengidentifikasi kerangka hukum dan kebijakan yang relevan, tetapi juga mengembangkan strategi konkret untuk menyeimbangkan kebutuhan kemanusiaan dengan kepentingan keamanan nasional,” ujarnya.
Faisal Rahman, Protection Associate United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) dalam diskusi tersebut mengatakan pemerintah daerah sudah mengeluarkan surat Keputusan terbaru tentang Camp Mina Raya sebagai tempat penampungan pengungsi Rohingya, namun itu hanya untuk pegungsi yang berada di Pidie saja.
“Dulu koordinasi dipegang oleh Dinas Sosial. Sekarang SK terbaru dikembalikan ke Kesbangpol. SK sudah diperbarui dan SK lama sudah dicabut,” ujarnya.
Senada dengan tema yang diangkat, Fadhil mewakili Yayasan Geutanyo menyampaikan dilema kemanusiaan yang dihadapi. Dia mengatakan pengungsi tidak akan pernah habis selama konflik masih terjadi.
“Mencari suaka itu bukan sebuah kriminal. Siapapun boleh mencari suaka dan ketika dia mencari suaka tidak berarti dia itu pengungsi,” ujarnya.
- Advertisement -
Sementara itu, Sophia Listriani, Dosen Fakultas Hukum USK berkesimpulan titik tolak permasalahan pengungsi Rohingya dan ketahanan negara ada di sistem penanganan.
“Perlu adanya konter-konter dari isu-isu negatif terkait pengungsi Rohingya. Mereka memiliki hak, perlu adanya kesepakatan bagaimana menangani mereka saat masuk dan mendarat,” ujarnya.
Reza Patria dari ICAIOS juga menambahkan bahwa humantarian diplomacy bisa menjadi opsi dalam penanganan pengungsi Rohingya sebagaimana yang di dilakukan di beberapa negara lain dalam penanganan pengungsi yang berada di wilayahnya
“Oleh karenanya dibutuhkan kerjasama semua pihak,” ujarnya.
Hendra Halim mengatakan diskusi berseries akan terus dibuat untuk membahas isu lokal, nasional dan internasional.
“USK akademik forum ini inisiatif pusat riset kita kreatif sebagai wadah mendapatkan pandangan keilmuan dari para pakar akademisi dan stakeholder terkait terhadap isu-isu yang sedang terjadi, baik lokal, nasional, maupun dunia,” pungkasnya.