- Greenland, pulau terbesar di dunia, memiliki nilai strategis yang penting karena kekayaan mineralnya, posisi militernya, geopolitik Arktik, dan potensi kemerdekaannya. Pulau ini menyimpan rahasia besar tentang keanekaragaman hayati Arktik dan dampak perubahan iklim.
- Lapisan es Greenland menyimpan catatan sejarah iklim bumi dan berperan penting dalam sistem iklim global. Pencairan lapisan es akibat pemanasan global mengancam kenaikan permukaan laut dan perubahan pola cuaca.
- Greenland memiliki keanekaragaman hayati yang unik, namun terancam oleh perubahan iklim dan aktivitas manusia. Upaya konservasi diperlukan untuk melindungi flora dan fauna yang telah beradaptasi dengan lingkungan ekstrem Arktik.
Ketika Donald Trump baru-baru ini menyatakan minatnya untuk menguasai Greenland, dunia terhenyak. Bukan hanya karena usulan tersebut terasa tidak masuk akal, tetapi karena Greenland, pulau terbesar di dunia, menyimpan rahasia yang jauh lebih besar dari sekadar potensi geopolitik. Greenland adalah salah satu kawasan terakhir di Bumi yang menawarkan wawasan luar biasa tentang keanekaragaman hayati Arktik, evolusi kehidupan di lingkungan ekstrem, dan dampak perubahan iklim global.
Presiden terpilih Trump berargumen bahwa Amerika Serikat perlu mengakuisisi Greenland demi “keamanan nasional” dan bahkan menolak secara tegas untuk menutup kemungkinan penggunaan kekuatan militer untuk mencapai tujuan tersebut. Pernyataan ini spontan memicu kontroversi diplomatik, dengan Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, menegaskan bahwa Greenland, sebagai wilayah otonom Denmark, “tidak untuk dijual.”
Lokasi pulau terbesar di dunia, Greenland | Gambar: Wikipedia
Minat Trump terhadap Greenland bukanlah hal baru. Ia pertama kali mengungkapkan ketertarikan pada wilayah ini pada tahun 2019, meskipun tidak ada tindakan konkret yang diambil saat itu. Ketidakjelasan mengenai apakah rencana ini akan berkembang menjadi kebijakan nyata mendorong pertanyaan tentang nilai strategis Greenland, khususnya dari perspektif geopolitik dan keamanan nasional AS.
Dari perspektif internasional, Greenland memiliki nilai strategis dalam empat aspek utama: kekayaan mineral, kehadiran militer, geopolitik Arktik, dan potensi kemerdekaan wilayah tersebut. Selain itu, tentu saja Greenland adalah rumah bagi sumber daya alam yang signifikan, termasuk elemen tanah jarang yang penting untuk teknologi energi bersih dan aplikasi militer. Dengan mencairnya lapisan es, semakin banyak deposit mineral berharga yang terungkap, menyoroti pentingnya kawasan ini dalam konteks ekonomi dan ekologi.
Greenland: Lebih dari Sekadar Lapisan Es
Greenland, pulau terbesar di dunia, mencakup area seluas 2.166.086 kilometer persegi, setara dengan sekitar tiga kali luas Pulau Kalimantan. Pulau ini terletak di Samudra Atlantik Utara, di sebelah timur laut Kanada dan barat laut Islandia. Sebagian besar wilayah Greenland terletak di atas Lingkaran Arktik, menyebabkan iklimnya sangat dingin dan didominasi oleh lapisan es.
Greenland sebagian besar wilayahnya masuk lingkaran Arctic | Gambar: Linblad Expedition
- Advertisement -
Meskipun secara geografis lebih dekat ke Amerika Utara, Greenland memiliki hubungan politik yang erat dengan Eropa, khususnya Denmark. Sejarah mencatat bahwa Erik the Red, seorang Viking Norwegia, menetap di Greenland pada abad ke-10. Sejak itu, Greenland menjadi bagian dari Norwegia dan kemudian Denmark. Saat ini, Greenland memiliki status otonomi dalam Kerajaan Denmark, dengan pemerintahan sendiri yang mengatur urusan dalam negeri, sementara Denmark tetap bertanggung jawab atas urusan luar negeri dan pertahanan.
Fjord Ammassalik di Greenland bagian timur, di musim panas | Chrissy CC BY 2.0
Selain lapisan es yang luas, Greenland juga memiliki pegunungan yang menjulang tinggi, fjord-fjord yang dalam, dan tundra yang membentang di sepanjang tepi lapisan es. Keindahan alam Greenland yang unik menarik wisatawan dari seluruh dunia, terutama mereka yang tertarik pada petualangan di alam liar Arktik.
Lapisan Es Greenland: Penjaga Masa Lalu dan Masa Depan
Lapisan es Greenland, sebuah bentangan es raksasa yang mendominasi lanskap pulau ini, merupakan massa es terbesar kedua di dunia setelah lapisan es Antartika. Dengan luas mencapai 1,71 juta kilometer persegi, lapisan es ini menutupi sekitar 80% daratan Greenland. Bayangkan, jika lapisan es ini mencair seluruhnya, permukaan laut global akan naik sekitar 7,2 meter! Ketebalannya pun mengagumkan, rata-rata mencapai 1,67 kilometer dan di beberapa titik bahkan mencapai lebih dari 3 kilometer. Lapisan es ini bukanlah sekadar gundukan es beku, melainkan arsip raksasa yang menyimpan sejarah iklim Bumi selama jutaan tahun.
Baca juga: Ular Vipera berus, Satu-satunya Spesies Ular yang Hidup di Lingkar Kutub
Tasiilaq, Greenland merupakan rumah bagi lapisan es terbesar kedua di dunia | Gambar: Christine Zenino CC BY 2.0
Seperti sebuah buku sejarah yang tertulis di lapisan-lapisan es, lapisan es Greenland menyimpan informasi penting tentang kondisi atmosfer masa lalu. Para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, seperti glaciologi, klimatologi, dan paleontologi, berkolaborasi untuk mengungkap rahasia yang tersimpan di dalamnya. Mereka melakukan ekspedisi ke Greenland untuk mengambil “inti es”, yaitu sampel es berbentuk silinder yang dibor dari permukaan hingga kedalaman lapisan es. Inti es ini kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis dengan cermat.
Melalui analisis inti es, para ilmuwan dapat mempelajari komposisi atmosfer masa lalu, termasuk konsentrasi gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan metana, debu vulkanik dari letusan gunung berapi dahulu, serta isotop oksigen yang memberikan informasi tentang suhu pada masa lalu. Data ini sangat berharga untuk memahami pola perubahan iklim di masa lalu, mengidentifikasi faktor-faktor penyebabnya, dan memprediksi dampak pemanasan global di masa depan. Misalnya, inti es dari Greenland menunjukkan bahwa konsentrasi karbon dioksida di atmosfer saat ini lebih tinggi daripada kapan pun dalam 800.000 tahun terakhir, menegaskan bahwa aktivitas manusia memiliki dampak signifikan terhadap iklim global.
Selain menyimpan catatan iklim masa lalu, lapisan es Greenland juga memainkan peran penting dalam sistem iklim global saat ini. Lapisan es yang luas ini memantulkan sebagian besar sinar matahari kembali ke angkasa, membantu mengatur suhu Bumi. Selain itu, lapisan es Greenland juga mempengaruhi sirkulasi laut dan pola cuaca global. Air tawar yang mencair dari lapisan es Greenland mengalir ke Samudra Atlantik Utara, mempengaruhi salinitas dan densitas air laut, yang pada gilirannya mempengaruhi arus laut global.
Sayangnya, pemanasan global menyebabkan pencairan lapisan es Greenland yang semakin cepat. Pencairan ini tidak hanya menyebabkan kenaikan permukaan laut global, yang mengancam wilayah pesisir di seluruh dunia, tetapi juga berpotensi mengubah sirkulasi laut dan pola cuaca global. Selain itu, pencairan lapisan es juga dapat melepaskan sejumlah besar air tawar ke laut, yang dapat mempengaruhi salinitas air laut dan ekosistem laut. Oleh karena itu, memahami dinamika lapisan es Greenland dan dampak pencairannya sangat penting untuk memprediksi dan mengurangi dampak perubahan iklim di masa depan.
Keanekaragaman Flora dan Fauna Greenland
Meskipun terkesan sebagai gurun es yang tandus, Greenland menyimpan keanekaragaman hayati yang luar biasa. Kehidupan di sini telah beradaptasi dengan cara yang luar biasa untuk bertahan di lingkungan Arktik yang keras, ditandai dengan suhu ekstrem, musim tanam yang pendek, dan tanah yang miskin nutrien. Greenland merupakan rumah bagi sekitar 500 spesies tumbuhan vaskular, yaitu tumbuhan yang memiliki sistem pembuluh untuk mengangkut air dan nutrien. Yang lebih menakjubkan lagi, 15 di antaranya merupakan spesies endemik, artinya mereka tidak ditemukan di tempat lain di dunia!
Birch kerdil (Betula nana), mampu beradaptasi di lingkungan ekstrim Greenland | Gambar: Seria Creatura CC BY-SA 4.0
Tumbuhan di Greenland menunjukkan berbagai adaptasi untuk bertahan hidup. Banyak di antaranya, seperti willow Arktik (Salix arctica) dan birch kerdil (Betula nana), tumbuh merayap di tanah membentuk bantalan rendah. Strategi ini melindungi mereka dari angin kencang dan memungkinkan mereka menyerap panas dari tanah. Beberapa tumbuhan lainnya, seperti lumut (Bryophyta) dan liken (Lichenes), dapat bertahan hidup di atas bebatuan dan tanah yang miskin nutrien. Greenland juga menjadi surga bagi empat jenis angrek yang unik, seperti Platanthera hyperborea, menambah sentuhan warna di lanskap Arktik yang seringkali monokromatik.
Rubah Arktik | Gambar: Jonathen Pie Unsplash.com
Kehidupan hewan di Greenland juga sama menariknya. Di darat, kita dapat menemukan beruang kutub (Ursus maritimus), pemangsa puncak Arktik yang berbulu putih dan memiliki indera penciuman yang tajam untuk menemukan anjing laut, mangsa utamanya. Rubah Arktik (Vulpes lagopus), dengan bulunya yang tebal dan berubah warna sesuai musim, merupakan pemulung oportunis yang juga berburu tikus, burung, dan telur. Rusa kutub (Rangifer tarandus) dengan kuku yang lebar untuk berjalan di salju, bermigrasi melintasi tundra dalam kawanan besar. Sapi musk (Ovibos moschatus), dengan bulunya yang panjang dan lebat serta tanduk yang melengkung, hidup di daerah pegunungan.
Anjing laut harp (Pagophilus groenlandicus) | Gambar: Brian Gratwicke CC BY 2.0
Baca juga: Hiu Greenland, Si Lamban yang Berumur Panjang
Di laut, kehidupan lebih beragam lagi. Paus narwhal (Monodon monoceros), dengan “tanduk” panjang yang sebenarnya adalah gigi taring yang menonjol, menjelajahi perairan dingin Arktik. Anjing laut, termasuk anjing laut harp (Pagophilus groenlandicus), anjing laut bercincin (Pusa hispida), dan anjing laut berjanggut (Erignathus barbatus), sering ditemukan berjemur di atas bongkahan es atau berenang di perairan pesisir. Hiu Greenland (Somniosus microcephalus), ikan bertulang belakang yang paling lama hidup di dunia, dapat mencapai usia lebih dari 400 tahun! Hiu ini memiliki adaptasi yang unik untuk bertahan hidup di air dingin, seperti konsentrasi urea yang tinggi dalam darahnya untuk mencegah pembekuan dan metabolisme yang sangat lambat.
Berbagai jenis burung juga menghuni Greenland, terutama di musim panas. Burung laut seperti burung puffin Atlantik (Fratercula arctica), dengan paruhnya yang berwarna-warni, dan burung fulmar utara (Fulmarus glacialis), dengan sayapnya yang panjang, membentuk koloni besar di tebing-tebing pesisir. Elang bondol (Haliaeetus leucocephalus), gyrfalcon (Falco rusticolus), dan berbagai jenis burung hantu (Strigiformes) juga dapat ditemukan di Greenland.
Ancaman terhadap Keanekaragaman Hayati Greenland
Sayangnya, keanekaragaman hayati Greenland yang unik ini menghadapi berbagai ancaman. Perubahan iklim merupakan ancaman utama. Pencairan es dan peningkatan suhu menyebabkan perubahan habitat yang drastis. Beruang kutub, yang bergantung pada es laut untuk berburu anjing laut, kehilangan habitat berburu mereka. Anjing laut juga terancam oleh penurunan luas es laut, yang mereka gunakan untuk berkembang biak dan membesarkan anak-anaknya. Perubahan iklim juga mempengaruhi ekosistem laut, dengan peningkatan suhu air laut yang dapat mengubah distribusi ikan dan spesies laut lainnya.
Baca juga: Pemanasan Global itu Nyata, Studi: Kenaikan Suhu Greenland Tertinggi dalam 1.000 Tahun Terakhir
Aktivitas manusia juga memberikan tekanan pada keanekaragaman hayati Greenland. Perburuan yang tidak berkelanjutan dapat mengurangi populasi spesies tertentu, seperti beruang kutub, anjing laut, dan burung laut. Penangkapan ikan berlebihan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem laut dan mengurangi stok ikan. Pencemaran, baik dari sumber lokal maupun dari transportasi jarak jauh, dapat mencemari air, tanah, dan udara, yang berdampak negatif pada kesehatan ekosistem dan keanekaragaman hayati.
Pengembangan industri, seperti pertambangan dan eksplorasi minyak dan gas, juga dapat menimbulkan risiko terhadap lingkungan. Aktivitas ini dapat menyebabkan kerusakan habitat, pencemaran, dan gangguan terhadap satwa liar. Peningkatan lalu lintas kapal dan pariwisata juga dapat menimbulkan ancaman bagi keanekaragaman hayati Greenland, melalui pencemaran, gangguan habitat, dan pengenalan spesies invasif.
Oleh karena itu, upaya konservasi yang komprehensif sangat penting untuk melindungi keanekaragaman hayati Greenland yang unik ini. Upaya tersebut harus melibatkan mitigasi perubahan iklim, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi. Hanya dengan bekerja sama, kita dapat memastikan bahwa keanekaragaman hayati Greenland yang luar biasa ini tetap lestari untuk generasi mendatang.
Sumber: Mongabay.co.id