- Tekukur merupakan jenis burung yang dekat dengan kehidupan manusia. Nama ilmiahnya Spilopelia Bulu tubuhnya didominasi cokelat keabuan, dihiasi garis-garis hitam putih di leher seperti kalung alami.
- Tekukur sering terlihat di kawasan urban maupun hutan. Namun, kondisinya di area urban cenderung memprihatinkan yaitu banyak ditemukan di sangkar peliharaan warga.
- Dikarenakan mudah ditemukan, tekukur dapat dijadikan bahan penelitian yang menarik, terutama aspek molekuler, fisiologi, dan patologi. Meski begitu, riset mengenai ekologi dan perilakunya masih jarang.
- Tekukur memiliki sebaran luas meliputi Asia Timur, Asia Tenggara, hingga sebagian Australia. Secara alami, ia menyukai area terbuka seperti padang rumput, taman, persawahan, dan kawasan pertanian.
Tekukur merupakan jenis burung yang dekat dengan kehidupan manusia. Ia sering disebut drekuku yang ukuran tubuhnya seperti merpati.
Nama ilmiahnya Spilopelia chinensis. Bulu tubuhnya didominasi cokelat keabuan, dihiasi garis-garis hitam putih di leher seperti kalung alami.
Andini Maya Sari (23), mahasiswi Kehutanan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang merupakan citizen science, mengatakan bahwa tekukur tidak hanya menarik dari sisi visual, tetapi juga perilaku.
“Sifat menonjolnya adalah tidak penakut, sehingga relatif mudah difoto dan diamati,” terangnya, akhir Desember 2024.
Andini kerap melihat tekukur di kawasan urban maupun hutan. Namun, kondisi di area urban cenderung memprihatinkan yaitu banyak ditemukan di sangkar peliharaan warga.
- Advertisement -
“Di alam liar, tekukur bergerak bebas sehingga ukuran dan bentuk tubuhnya relatif lebih besar dibandingkan yang di sangkar.”
Kondisi ini, mencerminkan dampak negatif penangkapan tekukur di alam liar untuk dijadikan peliharaan.
“Saya khawatir terhadap maraknya jual-beli tekukur. Permintaan pasar menjadi pendorong utamanya. Selain memperbesar risiko perburuan liar, aktivitas itu juga mengancam kelestariannya.”
Baca: Perkutut Jawa, Burung dengan Keunikan Katurangga
Burung tekukur relatif mudah diamati karena sifatnya yang tidak takut manusia. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia
Pohon di Pekarangan
Baso Rangga (47), phonescoping yang sering memotret tekukur di sekitar rumah, mengungkapkan jenis ini bersama spesies lain, seperti perkutut jawa (Geopelia striata) dan punai (Treron), terlihat di perkotaan. Termasuk di lingkungan tempat tinggalnya, yang tidak jauh dari Tugu Jogja.
Perpindahan ini, kemungkinan besar karena tekanan perburuan di desa-desa pinggiran hutan.
“Akibatnya, burung-burung ini pindah ke kota yang dianggap lebih aman.”
Untuk menjaga hubungan harmonis, Rangga menyediakan biji-bijian di depan rumahnya sebagai makanan tekukur maupun perenjak jawa (Prinia familiaris).
“Asalkan di pekarangan rumah ada pohon, burung-burung ini pasti datang. Mereka tidak takut dengan kehadiran manusia,” katanya.
Interaksi ini, tidak hanya membawa kebahagiaan tetapi juga mengurangi rasa jenuh.
“Bagi saya, kicau burung memiliki efek terapeutik yaitu mengurangi stres setelah beraktivitas seharian.”
Baca: Minat Memelihara Burung Tinggi Membuat Eksistensinya di Alam Terancam
Burung tekukur merupakan jenis yang mudah berinteraksi dengan lingkungan. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia
Spesies Adaptif
Jihad, Senior Biodiversity Officer Burung Indonesia, menjelaskan, tekukur merupakan spesies yang sangat adaptif dan mudah ditemukan di pedesaan maupun perkotaan.
Dikarenakan mudah ditemukan, tekukur dapat dijadikan bahan penelitian yang menarik, terutama aspek molekuler, fisiologi, dan patologi. Meski begitu, riset mengenai ekologi dan perilakunya masih jarang.
“Sifat adaptif dan interaksi sosialnya, yaitu caranya merayu pasangan, menarik untuk diteliti. Sebagai langkah awal, tekukur bisa dijadikan pilihan para pemula yang tertarik mempelajari dunia perburungan,” terangnya, Sabtu (4/1/2025).
Tekukur, memiliki sebaran luas meliputi Asia Timur, Asia Tenggara, hingga sebagian Australia. Secara alami, ia menyukai area terbuka seperti padang rumput, taman, persawahan, dan kawasan pertanian.
“Di perkotaan seperti Jakarta, ia masih bisa ditemukan di taman atau area terbuka. Sifatnya yang tidak terlalu sensitif terhadap manusia, menjadikannya mudah diamati.”
Di Indonesia populasi burung tekukur masih cukup stabil. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia
Dituturkan Jihad, adaptasi luar biasa juga terjadi di beberapa tempat seperti di Hawaii. Tekukur yang dilepaskan dari penangkaran berhasil berkembang biak dan menciptakan populasi baru.
Di Indonesia, populasinya cukup stabil.
“Sebagian besar tekukur yang dipelihara merupakan hasil penangkaran, bukan tangkapan liar. Ini penting untuk menjaga keseimbangan populasinya di alam.”
Meski begitu, praktik perburuan tekukur masih terjadi di beberapa daerah, seperti untuk dikonsumsi meski kasus semacam ini tidak terlalu masif.
“Dengan populasi yang stabil dan sifatnya yang mudah interaksi, tekukur menjadi bagian penting ekosistem lingkungan dan budaya masyarakat Indonesia,” paparnya.
Foto: Perkutut yang Dekat dengan Kehidupan Manusia
Sumber: Mongabay.co.id