- Monyet ekor panjang dikenal sebagai primata cerdas dan adaptif. Spesies ini bisa ditemukan di kawasan pantai, padang rumput, hutan belantara, bahkan dengan permukiman manusia.
- Dalam sebuah unggahan video, monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Uluwatu, Bali, punya cara tersendiri untuk mendapat makanan. Mereka mengambil barang-barang milik wisatawan untuk dijadikan alat tukar makanan.
- Sebuah penelitian di Thailand menemukan, monyet ekor panjang Burma yang mendiami sebuah pulau menggunakan alat dari batu dan kerang untuk membelah makanan laut. Mereka juga mampu menggunakan alat yang berbeda untuk jenis makanan berbeda pula.
- Di tempat lain, monyet ekor panjang diperdagangkan. Bahkan, mengalami penyiksaan untuk memenuhi hasrat aneh manusia.
Dalam sebuah unggahan video, monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Uluwatu, Bali, punya cara tersendiri untuk mendapat makanan. Mereka mengambil barang-barang milik wisatawan untuk dijadikan alat tukar makanan.
Turis yang lengah bakal kehilangan kacamata, sandal, topi, bahkan handphone. Barang-barang itu “digondol” monyet ekor panjang yang mengintai dari balik pura, atau duduk santai saja sambil mengamati turis yang bisa dijadikan korban.
Monyet ekor panjang dikenal sebagai primata cerdas dan adaptif. Spesies ini bisa ditemukan di kawasan pantai, padang rumput, hutan belantara, bahkan dengan permukiman manusia.
“Monyet-monyet ini ahli dalam merampas barang-barang itu dari wisatawan yang tidak mengindahkan anjuran petugas pura untuk menyimpan semua barang berharga di dalam tas tangan…,” kata Jean Babtiste Leca, dari Universitas Lethbridge, Kanada, kepada Guardian. Dia memimpin penelitian perilaku unik monyet ekor panjang di Uluwatu, pada 2021 lalu.
Nasib kawanan monyet ekor panjang di Uluwatu relatif lebih baik. Di tempat lain, monyet ekor panjang diperdagangkan. Bahkan, mengalami penyiksaan untuk memenuhi hasrat aneh manusia.
- Advertisement -
“Monyet ekor panjang merupakan spesies primata yang paling banyak diperdagangkan, spesies primata yang paling banyak dibantai, spesies primata yang paling teraniaya. Jika melihat jumlah ancaman dan penurunan populasinya, mungkin merupakan salah satu spesies primata yang paling terancam punah saat ini,” tulis MF Hansen dalam laporan penilaian IUCN untuk status spesies ini. IUCN memberi status satwa ini Endangered.
Menurut dia, agar monyet ekor panjang tetap lestari, maka harus ada pengakuan peran ekologis dan budaya yang dimainkannya dan mengubah narasi kita mengenai spesies ini.
Baca: Tantangan Perdagangan Monyet Ekor Panjang di Bali
Monyet ekor panjang yang biasanya terlihat di hutan mangrove. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia
Berikut ini beberapa fakta menarik tentang monyet ekor panjang.
Tahu Barang Berharga
Penelitian yang dikerjakan Leca bersama tim menunjukkan, monyet ekor panjang di Uluwatu memiliki rencana hanya mengambil barang-barang berharga.
Belakangan mereka makin pintar. Barang elektronik seperti handphone atau kamera hanya bisa ditukar dengan makanan yang menurut mereka sepadan. Dalam sebuah transaksi yang berhasil direkam, seekor monyet menolak memberikan handphone yang diambilnya ketika petugas pura ingin menukarnya dengan sebuah pisang. Monyet itu baru mau melepas ketika diberikan cokelat.
Proses pengembalian barang bisa berlangsung singkat, namun tak jarang sampai memakan waktu hingga 25 menit. Menariknya, semakin dewasa monyet atau semakin tinggi hirarkinya dalam kelompok, maka barang yang diambil juga cenderung yang punya nilai tukar tinggi.
Bisa Gunakan Alat
Satwa yang menggunakan alat terbilang bisa dihitung dengan jari. Telah diketahui bahwa primata seperti simpanse mampu menggunakan batu untuk memecah biji-bijian. Begitu pula orangutan yang menggunakan ranting untuk mencungkil larva atau rayap dari dalam pohon. Monyet ekor panjang memiliki kemampuan serupa.
Sebuah penelitian di Thailand menemukan, monyet ekor panjang Burma yang mendiami sebuah pulau menggunakan alat dari batu dan kerang untuk membelah makanan laut. Mereka juga mampu menggunakan alat yang berbeda untuk jenis makanan berbeda pula.
Misalnya, batu kecil yang diangkat dengan satu tangan untuk pemukulan presisi. Sementara batu besar yang diangkat menggunakan dua tangan untuk memecahkan kerang yang diletakkan di landasan. Total para peneliti mencatat ada 17 pola tindakan berbeda dalam penggunaan alat.
Monyet ekor panjang termasuk dalam kelompok satwa yang mengalami apa yang disebut sebagai zaman batu, seperti leluhur manusia pada masa lampau.
Baca: 5 Fakta Monyet Ekor Panjang di Gunungkidul yang Terancam
Beberapa monyet ekor panjang berada di jalan Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas. Foto: L Darmawan/Mongabay Indonesia
Satwa Sosial
Monyet ekor panjang hidup dalam kelompok terorganisasi secara hirarkis, dengan aturan dan perilaku sosial yang kompleks. Kelompok yang bisa mencapai 100 anggota, dipimpin oleh para betina. Betina yang memiliki bayi akan menyusui dan mengasuhnya selama satu tahun. Betina yang dominan kadang menculik anak dari betina lain.
Anggota jantan akan menyingkir ketika mereka mencapai pubertas. Uniknya, para pejantan meski tidak sedarah bisa saling berinteraksi laksana saudara. Dalam kelompok, mereka saling memberitahu ketika ada ancaman, atau tatkala menemukan sumber makanan baru.
Mereka juga saling merawat untuk menjaga hubungan, mengurangi stres, memperkuat kohesi kelompok, dan memilih pasangan.
Untuk Penelitian
Selain diburu sebagai makanan untuk beberapa tempat seperti di Myanmar, monyet ekor panjang juga merupakan spesies primata yang paling banyak diperdagangkan untuk kepentingan penelitian.
Permintaan monyet ekor panjang meningkat tajam selama pandemi COVID-19 beberapa tahun lalu, menurut laporan penilaian IUCN. Kemiripan genetik dengan manusia membuat satwa ini menjadi berharga untuk penelitian biomedis.
Indonesia disebut menjadi salah satu negara bersama Filipina, Kamboja, Vietnam yang mengekspor satwa ini. Pembeli akan meminta monyet ekor panjang yang diperdagangkan berasal dari hasil penangkaran, namun tidak ada jaminan bahwa mereka diperoleh dan dikelola secara berkelanjutan.
Laporan itu menyebut dari 2010 hingga 2019, sebanyak 450 ribu monyet ekor panjang hidup diperdagangkan secara legal. Sementara yang diperdagangan secara ilegal sebanyak 28 persen. Permintaan monyet ekor panjang berasal dari Amerika, Jepang, China, dan Uni Eropa.
Baca juga: Monyet Togean yang Sering Luput dari Perhatian
Kawanan monyet ekor panjang dikawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia
Topeng Monyet
Monyet ekor panjang menjadi bintang dalam pertunjukan keliling bernama topeng monyet. Dengan leher dirantai, seekor monyet akan melakukan apa yang diminta pawangnya. Misalnya menari, naik sepeda, berpura-pura menembak, atau memanggul sesuatu. Pertunjukan bagai sirkus mini ini hampir selalu ramai dikerubuti anak-anak. Penonton senang karena mendapat hiburan di dekat rumah mereka, pemilik monyet senang karena mendapat uang.
Namun yang umumnya tidak diketahui, kepiawaian yang ditunjukkan itu diperoleh dengan siksaan. Dalam latihan, pawang akan memaksa monyet ekor panjang untuk melakukan apa yang dia mau. Di antaranya dengan memukul, atau tidak memberi makan sampai satwa malang ini menuruti seperti apa yang diperintahkan. Umumnya, monyet yang dilatih masih berusia sangat muda.
Untuk mendapatkan monyet ekor panjang muda, pemburu memisahkannya secara paksa dari sang induk. Biasanya, mereka membunuh induknya terlebih dahulu.
Kini pertunjukan topeng monyet dilarang di beberapa wilayah di Indonesia. Namun, pertunjukan keliling karena pengawasan yang lemah dan kurangnya kesadaran masyarakat masih berlangsung.
Foto: Tingkah Unik Monyet Ekor Panjang
Sumber: Mongabay.co.id