- Busri atau yang akrab disapa Bujang sudah hampir 10 tahun melakukan penyelamatan penyu di Pulau Karas Kecil, Kota Batam
- Semua dilakukan pria ini secara mandiri, baik pengetahuan hingga biaya yang dikeluarkan.
- Dari Pulau Karas Kecil Bujang berharap kehadiran pemerintah.
- Ia tak hanya butuh biaya, tetapi juga pemahaman pengetahuan agar bisa menyelamatkan lebih banyak penyu.
Satu per satu hama yang mematikan itu dilepaskan Busri dari tubuh penyu, ada yang menempel di cangkang, begitu juga di kulit perut penyu. Bak mengobati luka di badan, dengan penuh kehati-hatian Busri mengoleskan obat luka di bagian bekas parasit menempel.
“Parasit ini semacam hama, jadi sebelum penyu dilepasliarkan kita obati dulu,” kata Bujang sapaan sehari-hari Busri, Sabtu pagi (23/11/2024).
Setelah itu penyu sisik dilepasliarkan ke laut di Pulau Karas Kecil, Kecamatan Galang, Kota Batam. Kata Busri, penyu saat dilepaskan menghadap ke pulau. “Begitu kata bule China waktu itu, kalau dihadapkan ke pulau, penyu ini ingat hendak pulang kemana, dia akan kembali suatu saat ke pulau ini,” katanya.
Perlahan hewan bernama latin Eretmochelys imbricata memutar dan bergegas menuju air laut. Sambil meninggalkan jejak langkahnya di atas pasir pantai, sang penyu berenang cepat masuk menuju ke laut yang berada di sisi selatan Pulau Batam. Dalam sekejap hewan dikategorikan terancam punah ini menghilang ketika masuk ke dalam air laut.
“Ada kesenangan sendiri bagi saya, kalau berhasil menyelamatkan penyu seperti ini,” kata pria 45 tahun itu. Penyu sisik yang dilepaskan Bujang merupakan penyu yang terperangkap di jaring nelayan beberapa minggu lalu.
Bujang sudah terkenal sebagai sosok penyelamat penyu di Pulau Karas kecil. Sudah sejak 2016 pria dua orang anak ini menyelamatkan penyu di sekitaran Pulau Karas Kecil dan Pulau Karas Besar. “Disini memang habitatnya penyu, dari dulu saya kecil, masyarakat sering jumpai penyu,” kata Bujang yang tinggal di Pulau Kara Besar.
- Advertisement -
Baca : TCC Nipah dari Pemburu Telur Penyu Jadi Nominator Kalpataru
Bisri menyaksikan penyu sisik yang berhasil diselematkan nelayan di lepas liarkan di Pulau Karas Kecil, Galang, Kota Batam, Sabtu 23 November 2024. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia
Bahkan dulu masyarakat mengkonsumsi penyu ketika ditemukan atau tertangkap dalam jaring. Begitu juga, telur penyu di rebus untuk disantap makan. “Tetapi sekarang sudah hampir tidak ada. Kalau mereka jumpa penyu, atau telur penyu langsung diserahkan ke saya untuk dilepasliarkan, atau ada juga yang melepaskannya sendiri,” katanya.
Pulau Karas Kecil terdapat di wilayah Rempang-Galang, Kota Batam. Tepatnya berada di antara Pulau Galang, Batam dengan Pulau Bintan. Akses menuju Pulau Karas Kecil bisa melalui pelabuhan Sembulang, Pulau Rempang.
Menjaga Sarang Anak Penyu
Tak jauh dari pesisir pantai tempat Bujang melepaskan penyu, tampak jelas beberapa lobang bekas penyu bertelur di Pulau Karas Kecil. Lobang-lobang itu sudah dipasang pelindung seperti papan dan kawat setinggi pinggang orang dewasa.
“Kalau pakai kawat aja, predator bisa menggali, makanya ditambah pakai papan begitu,” katanya.
Sarang itu tersebar di beberapa titik, tak hanya di pesisir pantai, tetapi juga ada disamping pondok tempat Bujang beristirahat. “Ini ada juga lubang tipuan yang dibuat penyu untuk mengelabui predatornya, hampir setiap sarang telur ada lubang tipuan,” ujarnya.
Bulan Oktober lalu masa terakhir penyu bertelur di Pulau Karas Kecil. Biasanya penyu bertelur atau istilah masyarakat “naik ke pulau” pada musim selatan atau sekitar bulan Mei hingga musim utara sekitar bulan Oktober.
Satu ekor induk bisa bertelur hingga 150 butir. Setelah bertelur induk penyu kembali ke laut. “Makanya itu yang kita jaga, kalau tidak kita jaga (telur) dimakan sama biawak dan berang-berang,” tambahnya.
Pulau Karas Kecil tak berpenghuni, Bujang mengandalkan penanda waktu penyu bertelur. Tanda itu berupa kilat besar menyambar ke arah laut pada malam hari di pesisir Pulau Karas Kecil.
“Itu sudah pasti (tanda penyu bertelur) tidak pernah melesat lah, saya langsung kesini (dari Pulau Karas Besar),” katanya. Pulau Karas Kecil dan Karas Besar berjarak sekitar 5 menit perjalanan menggunakan kapal mesin. Ketika tanda itu sudah muncul Bujang menancap gas kapal mesinnya.
Baca juga : 10 Alasan Mengapa Kita Peduli Penyu Laut
Penyu sisik yang hendak di lepaskan di Pulau Karas Kecil, Galang, Kota Batam, Sabtu 23 November 2024. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia
Sesampai di Pulau Karas Kecil, Bujang langsung memasang pengaman untuk telur-telur penyu yang ditinggal induknya tadi. “Telat dikit habis telur penyu dari predator, makanya bagaimanapun keadaanya saya harus kesini, untuk mengamankan telur penyu,” katanya.
Setelah jaring dan papan setinggi satu meter itu dipasang Bujang, butuh waktu 50 hari menjelang telur menetas. Selama itu dirinya menjaga ratusan telur penyu tersebut. Setiap hari Bujang memeriksa telur itu.
“Kadang yang dari 120 telur penyu biasanya yang berhasil menetas sempurna 100 telur. Kadang bisa lebih,” katanya. Setelah menetas penyu dilepasliarkan di laut Pulau Karas Kecil.
Selama 2024 ini kata Bujang terdapat 6 sarang, angka itu menurut dari tahun sebelumnya, yang bisa mencapai 9-12 sarang. Dalam satu tahun, seribuan lebih telur penyu berhasil dijaga Bujang, sebelum dilepasliarkan.
Ia secara mandiri mencatat dengan rinci, data setiap telur penyu yang diselamatkan. Lengkap dengan jumlah telur yang ditemukan, jumlah telur yang berhasil menetas, hingga prosesnya.
“Jumlah telur tergantung besar induknya, kalau lebar induknya 70 centi meter, itu telurnya bisa 150 telur satu induk, tapi tahun 2024 ini jumlah telur juga menurun menjadi 120 setiap sarang,” kata Bujang.
Bujang tidak tahu penyebab jumlah sarang dan jumlah telur tersebut berkurang. Pasalnya untuk mengetahui itu butuh alat. Sedangkan saat ini semua yang dilakukan Bujang alamiah dari alam dengan biaya sendiri.
“Menghitung telur juga kita sendiri, kalau bagusnya ini ada alat, penyelamatan bisa lebih besar lagi,” kata dia. “Kalau sekarang secara alami saja, dari lebar tapak penyu itu kami sudah bisa prediksi berapa buah telur didalamnya, tak meleset itu,”.
Tak hanya menyelamatkan telur penyu yang menetas secara alami di Pulau Karas Kecil. Bujang juga beberapa kali mendapatkan kiriman telur penyu dari pulau lain, atau yang dikenal dalam pencatatannya “penyu dengan proses pindahan”.
Warga sudah sadar menyelamatkan telur tersebut dari predator, bahkan dikonsumsi. “Kadang saya pakai duit pribadi, kasih duit ke mereka yang berhasil selamatkan, duit bayar minyak merekalah,” katanya.
Baca juga : Hana Svobodova, dari Ceko ke Indonesia Demi Cinta Penyu
Data penyelamatan penyu. di Pulau Karas Kecil Kota Batam
Bujang juga mengeluarkan duit pribadi untuk menyelamatkan penyu-penyu tersebut. Termasuk ongkos minyak pulang pergi dari Pulau Karas Kecil ke Karas Besar. Begitu juga uang upah keringat warga yang berhasil selamatkan penyu, meskipun terkadang ada orang dermawan yang membantu.
Kata Bujang, beberapa tahun lalu pemerintah provinsi atau kota berjanji akan memperhatikan penyelamatan penyu tersebut. Termasuk untuk membantu menyediakan anggaran operasional untuk warga yang menyelamatkan penyu. Tetapi sampai saat ini katanya, janji tersebut tinggal janji. “Kami sudah berapa tahun ini melakukan penyelamatan pemerintah tidak ada perhatian,” katanya.
Walaupun tidak bisa membantu secara biaya, Bujang berharap pemerintah dan instansi terkait turun ke lapangan memberikan sosialisasi kepada warga untuk penyelamatan penyu ini. Seperti menempel pengumuman-pengumuman terkait aturan sanksi menangkap dan mengkonsumsi penyu.
“Kalau ada penyu yang diselamatkan di pulau lain, kadang saya sendiri yang jemput, penyu ini wajib diselamatkan, tetapi jangan lupa (pemerintah) selamatkan juga saya,” kelakarnya.
Namun, bagi bujang melepaskan penyu ke alam liar adalah keistimewaan tersendiri. Meskipun ia terus berharap bantuan pemerintah, Bujang menganggap pekerjaan ini sudah takdir Tuhan. “Katanya kalau bukan kita siapa lagi,” pungkasnya. (***)
Sumber: Mongabay.co.id