- Namanya ular pipa, sering disebut ular kepala dua. Bentuknya silindris dari ujung kepala hingga ekor.
- Ular pipa tidak berbisa, kerap ditemukan di perumahan warga. Terutama, perumahan yang berdekatan sawah, kawasan lembab, dan tanah gembur.
- Ular pipa banyak jenisnya. Satu yang sering dijumpai adalah ular pipa ekor merah atau Cylindrophis ruffus, yang tersebar mulai Myanmar hingga Xiamen, China. Juga, di sejumlah pulau di Indonesia hingga Sangihe yang berbatasan dengan Mindanao, Filipina.
- Ular pipa juga makan ular jenis lainnya, selain memangsa belut dan caecilian. Inilah alasan mengapa kita sebaiknya tidak membunuh ular pipa. Jenis ini ikut membantu menjaga populasi ular yang mungkin saja di antaranya berbahaya bagi manusia.
Bisa jadi, inilah ular paling gemoy, andai saja kulitnya tidak berhias cincin berwarna cerah yang mengingatkan kita pada ular welang dan weling yang berbisa. Saat terancam, bahkan ular pipa bisa memipihkan bagian kepala menyerupai ular kobra.
Ular pipa, memang seperti pipa. Bentuknya silindris dari ujung kepala hingga ekor. Itu sebabnya, ia punya sebutan lain yaitu ular kepala dua. Sepintas, orang akan kesulitan menebak mana kepala dan ekor, seolah kepalanya dua.
Ular pipa, akhir-akhir ini kerap ditemukan di perumahan warga. Terutama, perumahan yang berdekatan sawah, kawasan lembab, dan tanah gembur. Mungkin, dulunya perumahan itu bekas habitatnya, atau si ular mengira di sekitar perumahan ada sesuatu yang bisa dimangsa. Tak jarang, si ular menampakkan diri di sela pagar perumahan.
Akibatnya, ular pipa sering bernasib buruk. Dia dibunuh karena ketidaktahuan penghuni perumahan. Dikira, ular ini berbahaya atau berbisa, seperti welang dan weling. Padahal sebaliknya, ular pipa tidak berbisa.
Baca: Mengenal 4 Spesies Ular King Kobra: Mana yang Paling Berbisa?
- Advertisement -
Bentuk kepala ular pipa [Cylindrophis ruffus]. Foto: Wikimedia Commons/Wibowo Djatmiko/CC BY-SA 3.0
Ular pipa banyak jenisnya. Satu yang sering dijumpai adalah ular pipa ekor merah atau Cylindrophis ruffus, yang tersebar mulai Myanmar hingga Xiamen, China. Juga, di sejumlah pulau di Indonesia hingga Sangihe yang berbatasan dengan Mindanao, Filipina. Namun, ular ini tidak ditemukan di kawasan timur seperti Papua.
“Ular pipa ekor merah Cylindrophis ruffus mendiami habitat lembab, dataran rendah di Asia Tenggara,” tulis Alexander Kupfer, dalam sebuah artikel mengenai predasi ular pipa.
Peneliti dari Institut Zoologi, Universitas Teknik Darmstadt, Jerman, bersama tim melaporkan temuan lapangan atas ular ini saat memangsa amfibi tak berkaki.
“Ular ini beradaptasi dengan baik untuk menggali di tanah gembur,” tulisnya dalam artikel itu.
Keterangan IUCN menunjukkan, habitat dan ekologi ular pipa ekor merah adalah suka bersembunyi dan hidup di habitat dataran rendah basah, terbuka, termasuk sawah, kebun, selokan pinggir jalan, kanal, kolam, dan danau.
“Ini adalah spesies yang kerap dijumpai di berbagai habitat buatan, dan mungkin mendapat manfaat dari aktivitas manusia.”
Menurut penelitian Ira Khoerunisa, Mirza D Kusrini, dan Ani Mardiastuti (2021), dari Fakultas Pertanian dan Kehutanan, IPB University, ular Cylindrophis ruffus ada dalam urutan ke sepuluh dari sepuluh jenis ular yang paling sering menyambangi kawasan perumahan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Sembilan lainnya dari urutan pertama adalah Naja sputatrix, Malayophyton reticulatus, Ahaetulla prasina, Lycodon capucinus, Bungarus candidus, Dendrelapis pictus, Coelognathus flavolineatus, C. radiatus, dan Ptyas korros.
Baca: Apakah Ular Bermunculan Saat Musim Hujan?
Bentuk perut dan bagian bawah ekor yang disebut juga ular kepala dua. Foto: Wikimedia Commons/Wibowo Djatmiko/CC BY-SA 3.0
Bukan Ular Biasa
Para peneliti menganggap, ular pipa punya posisi istimewa dalam kajian evolusi ular Chaenophidian yang mampu memangsa hewan berukuran lebih besar dari tubuhnya. Kini, sebagian besar ular berada dalam klad (clade) Chaenophidian. Alexander Kupfer dan rekannya sepakat, Cylindrophis mungkin sebenarnya paling mendekati cara hidup ular paling awal.
Keterangan lain menyebutkan, kadal muncul sebelum ular, dan beberapa ular masih memiliki bagian panggul bahkan tungkai belakang yang dimiliki nenek moyang mereka. Mereka juga memiliki kepala seperti kadal, meski tidak lagi mempunyai telinga atau kelopak mata seperti halnya terjadi pada ular pipa.
Ular dalam famili Cylindrophiidae tidak dapat membuka mulutnya lebar-lebar. Jadi, mereka makan hewan yang panjang dan ramping. Misalnya caecilian, yaitu amfibi tak berkaki yang mirip cacing, bahkan yang besar mirip ular.
Selain itu, ular pipa juga makan ular jenis lainnya. Kita jadi mengerti, mengapa sebaiknya ular pipa tidak dibunuh. Alasannya, jenis ini ikut menjaga populasi ular yang mungkin saja di antaranya berbahaya bagi manusia.
Dalam tulisan Alexander Kupfer bersama timnya, dijelaskan bahwa dari pembedahan spesimen museum dan pengamatan ular yang dipelihara di laboratorium, diketahui pula bahwa Cylindrophis memangsa hewan memanjang seperti ular dan belut, juga caecilian.
Baca juga: Peneliti Temukan Jenis Ular Terbesar dan Terberat di Dunia
Bermacam Pola
Mengutip a-z-animal, genus ular pipa adalah Anomochilus, Uropeltidae, Anilius, dan Cylindrophis. Ada tiga spesies Anomochilus, enam puluh spesies Uropeltidae, satu spesies Anilius, dan empat belas spesies Cylindrophis.
Ular pipa memiliki berbagai pola dan warna. Yang paling mencolok adalah Anilius scytale, berwarna merah terang dengan pita hitam di sepanjang tubuhnya.
Ular pipa bersifat ovovivipar. Artinya, sang induk melahirkan bayi ular. Bukan bertelur. Induk ular mengandung bayi-bayi itu di tubuhnya hingga siap dilahirkan.
Mereka sering membuat lubang di bawah tanah dan terowongan yang cukup lebar untuk berputar. Banyak dari jenis ini belum dipelajari dan status konservasinya belum diketahui.
Foto: Sesilia, Amfibi yang Mirip Ular
Sumber: Mongabay.co.id