- Jaguar atau leopard memiliki kesamaan. Punya misai, pandangan tajam ke depan, gigi bertaring, dan otot kekar.
- Sebagai pengelana alam liar berbadan besar, suara jaguar dan leopard terdengar serak dan berat.
- Dalam laporan untuk IUCN tentang taksonomi Felidae yang direvisi dijelaskan, pada masa lalu asal suara ini telah digunakan untuk memisahkan antara kucing besar dan kucing kecil. Kini, cara tersebut digunakan untuk mempermudah saja.
- Di Indonesia, leopard dikenal sebagai macan tutul, dan hanya bisa ditemukan di Jawa, pulau dengan jumlah penduduk terpadat di dunia. Sayangnya macan tutul jawa (Panthera pardus melas), sebagian besar hidup di bentang alam kecil yang sangat terisolasi dan tidak berkelanjutan.
Dari kejauhan siapapun bakal kesulitan membedakan kucing besar berkulit totol itu apakah jaguar atau leopard. Karena, keduanya sangat mirip. Punya misai, pandangan tajam ke depan, gigi bertaring, dan otot kekar.
Bahkan saat mengaum, suara yang terdengar akan sama. Tentu saja suaranya tidak mengeong seperti kerabatnya, kucing, yang bisa dielus. Sebagai pengelana alam liar berbadan besar, suara jaguar dan leopard terdengar serak dan berat. Siap mengintimidasi dan membuat nyali lawan-lawannya ciut.
Dalam laporan untuk IUCN tentang taksonomi Felidae yang direvisi dijelaskan, pada masa lalu asal suara ini telah digunakan untuk memisahkan antara kucing besar dan kucing kecil. Kini, cara tersebut digunakan untuk mempermudah saja.
“Karakteristik utama yang digunakan untuk memisahkan kucing besar (Pantherinae) dari kucing kecil (Felinae) adalah adanya ligamen elastis pada kucing besar di aparatus hyoid di bawah lidah. Ini memungkinkan kucing besar mengaum, tidak mendengkur,” tulis laporan itu.
Sebaliknya pada kucing, tulang hyoid berbentuk mirip tapal kuda yang terletak dekat dagu itu membuatnya tidak bisa mengaum, tapi mendengkur. Selain tulang hyoid, struktur laring mereka juga berbeda yang membuat kucing besar mampu menciptakan resonansi auman sementara kucing kecil hanya dengkuran.
- Advertisement -
Baca: Apa Bedanya Kucing Kecil dan Kucing Besar?
Macan tutul jawa yang hanya ditemukan di Pulau Jawa. Foto: Dok. Balai Besar TNGGP/ Conservation International Indonesia
Saat ini, diperkirakan ada 38 spesies kucing di seluruh dunia. Di antaranya, terdapat beberapa jenis berukuran besar dengan ekologi habitat yang mirip. Inilah yang umumnya disepakati sebagai pembeda. Meski secara ukuran, genetik, juga suara masih ada yang saling bertumbukan. Misalnya, leopard salju, berukuran besar namun tidak bisa mengaum.
“Mereka adalah predator puncak, punya wilayah jelajah yang luas, dan biasanya memburu hewan besar,” tulis sebuah artikel di Panthera.org, mengutip Wai Ming Wong, Direktur Ilmu Konservasi Kucing Kecil, New York.
Bersama jaguar (Panthera onca) dan leopard (Phantera pardus), mereka yang disebut kucing besar adalah leopard salju (Panthera uncia), singa (Panthera leo), harimau (Panthera tigris), puma (Puma concolor), dan cheetah (Acinonyx jubatus).
Baca: Mengenal 9 Jenis Kucing Terbesar di Planet Bumi
Slamet Ramadhan, macan tutul jawa yang dilepasliarkan di Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Juni 2019. Foto: Dok. KLHK
Perbedaan Jaguar dan Leopard
Ciri yang membuat orang sulit membedakan antara jaguar dan leopard memang pola bintik kulit kedua satwa ini. Jika dilihat dari dekat, maka totol/rosette jaguar beda dengan leopard. Totol jaguar memiliki titik-titik hitam yang lebih kecil di dalamnya. Sementara leopard tidak memiliki titik-titik ini.
“Bahkan para ahli butuh waktu lama untuk memutuskan apakah itu leopard atau jaguar, tergantung pada foto dan apa yang ditunjukkannya. Semuanya ada di rosette!” kata Howard Quigley, Direktur Program Jaguar, Ilmu Konservasi Panthera, seperti dikutip dari panthera.org.
“Jika melihatnya dari samping, Anda akan menemukan perbedaan sangat jelas. Jaguar memiliki bintik-bintik di tengah bintik-bintiknya.”
Namun harap dicatat, jaguar dan leopard sama-sama bisa mengalami melanisme. Yaitu, saat kulitnya berwarna hitam legam. Untungnya, saat dilihat dari jarak sangat dekat, bintik-bintik itu masih bisa terlihat.
Dari perilakunya, jaguar tidak takut air. Bahkan, di antara kucing besar yang lain jaguar paling akuatik. Jaguar dengan percaya diri bisa menerkam kaiman di tengah sungai dan membawanya ke daratan. Sebaliknya, leopard meski diketahui bisa menyeberangi sungai, namun menghindari air dan lebih suka menyeret mangsanya ke atas pohon.
Baca: Konflik Manusia dengan Macan Tutul Jawa Belum Berakhir
Jaguar. Foto: Wikimedia Commons/Cburnett/GFDL/Creative Commons 3.0
Dibanding leopard, jaguar lebih besar. Berat jaguar bisa mencapai 250 pon atau sekitar 113,4 kg. Sementara leopard beratnya bisa mencapai 175 pon atau hampir 80 kg. Keduanya dibekali kekuatan rahang yang berpotensi mematikan mangsa. Namun, jaguar memiliki kekuatan tambahan, sergapan gigitan rahangnya mampu meremukkan tulang.
Hal lain yang bisa membantu dasar mengidentifikasi jaguar atau leopard adalah lokasi keberadaan satwa ini. Jika geo tagging pada foto satwa ini menunjukkan Amerika Tengah atau Selatan, maka itu adalah foto jaguar. Namun jika diambil di Afrika atau Asia, maka itu adalah leopard.
Uniknya, mengutip National Geographic, kedua satwa ini memiliki kepribadian khas. Bak singa afrika, jaguar merasa dirinya sebagai raja hutan. Mereka bakal agresif pada kehadiran manusia. Sementara leopard memilih sebaliknya, mengintai dengan waspada. Di alam liar leopard mesti siaga terhadap predator yang lebih besar seperti singa.
Jaguar dalam Daftar Merah IUCN dimasukkan dalam status Near Treatened (NT) atau tidak terancam. Namun, menjadi terancam jika ancamannya terus meningkat. Sementara leopard, berstatus Vulnerable (VU) atau Rentan.
Baca juga: Hyena, Kucing yang Dikira Anjing
Jenis-jenis kucing besar yang hidup di Bumi. Ilustrasi: Hidayaturohman/Mongabay Indonesia
Macan Tutul Jawa
Di Indonesia, leopard dikenal sebagai macan tutul, dan hanya bisa ditemukan di Jawa, pulau dengan jumlah penduduk terpadat di dunia. Sayangnya macan tutul jawa (Panthera pardus melas) yang merupakan subspesies leopard, sebagian besar hidup di bentang alam kecil yang sangat terisolasi dan tidak berkelanjutan.
Hariyo Wibisono, peneliti pada San Diego Zoo Wildlife Alliance, Amerika, dalam salah satu wawancara dengan Mongabay (2021) mengatakan, dia dan tim telah mengidentifikasi ada 29 bentang alam yang cocok untuk macan tutul jawa, mencakup kurang dari 9 persen Pulau Jawa. Hanya tiga taman nasional yang dapat mendukung kelangsungan hidup macan tutul jangka panjang, dengan tambahan dua taman nasional jika bentang alam yang berdekatan cocok disertakan.
Studi lainnya (2023) menemukan bahwa macan tutul jawa kehilangan lebih dari 1.300 kilometer persegi habitatnya dari 2000 hingga 2020. Sementara, area tempat tinggal mereka yang paling sesuai menyusut lebih dari 40 persen. Macan tutul berstatus Endangered (EN) atau Genting menurut Daftar Merah IUCN (2021).
Macan Tutul Jawa, Sang “Penjaga” Hutan yang Semakin Terdesak Hidupnya
Sumber: Mongabay.co.id