- Tiga mahasiswi lulusan jurusan Teknobiologi, Universitas Surabaya, yaitu Evelyn Darsono, Nathasia Jasmine Benhady, dan Jeselyn Angelia Soeryawinata, menciptakan inovasi popok bayi sekali pakai berbahan pelepah pisang.
- Pelepah pisang menjadi bahan bioabsorbent yang terbukti tidak menimbulkan alergi.
- Kemampuan menyerap popok ini mencapai 8 kali berat awal produk yang melampaui standar SNI, yaitu 3 kali berat awal. Popok ini juga mampu menahan kebocoran yang setara produk komerisal lain.
- Terkait sampah sisa produk dan daur ulangnya, masih perlu riset lanjutan.
Tiga mahasiswi lulusan jurusan Teknobiologi, Universitas Surabaya, yaitu Evelyn Darsono, Nathasia Jasmine Benhady, dan Jeselyn Angelia Soeryawinata, menciptakan inovasi popok bayi sekali pakai berbahan ramah lingkungan.
Popok ini dibuat dari pelepah pisang yang dipadukan ekstrak daun sirih, fungsinya sebagai material penghambat bakteri. Pelepah pisang menjadi bahan bioabsorbent yang terbukti tidak menimbulkan alergi.
“Mudah terurai di alam,” kata Evelyn,” pertengahan September 2024.
Baca: 10 Fakta Unik Pisang yang Jarang Kita Ketahui
- Advertisement -
Tiga mahasiswi lulusan jurusan Teknobiologi, Universitas Surabaya, tampak membuat popok bayi dari bahan pelepah pisang. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia
Pembuatan popok diawali dengan membersihkan pelepah. Setelah dikeringkan, dilanjutkan dengan delignifikasi untuk memperoleh struktur selulosa. Lalu, dijadikan bubur kertas dan dicetak menjadi lembaran penyerap/absorbent untuk popok.
“Ekstrak daun sirih dihasilkan dari daun yang diblender hingga menjadi bubuk. Setelah itu, ekstrak diambil dan ditambahkan pada lembaran penyerap,” tambah Nathasia.
Proses selanjutnya pengujian produk, melalui uji laboratorium berdasarkan kebocoran eksternal, pH, visual, kelenturan, dan kapasitas penyerapan. Jeselyn menjelaskan, dari hasil pengujian, produk ini secara visual tidak memiliki cacat, robek, maupun noda.
Popok “Nawasena” juga terbukti tidak mengalami kelunturan warna dan memiliki pH berkisar 6,87 yang dekat rentang kulit bayi, yaitu 6,34-7,5.
Kemampuan menyerap popok ini mencapai 8 kali berat awal produk yang melampaui standar SNI, yaitu 3 kali berat awal. Popok ini juga mampu menahan kebocoran yang setara produk komerisal lain.
“Kami juga melakukan pengujian daya hambat bakteri pada ekstrak daun sirih. Hasilnya, tidak ada bakteri,” ujarnya.
Baca: Pisang Diolah Menjadi Produk Bernilai Jual, Mengapa Tidak?
Produk popok bayi dari pelepah pisang dan ekstrak daun sirih ini diberi nama Nawasena. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia
Yulanda Antonius, dosen pembimbing dari Fakultas Teknobiologi mengatakan, produk ini perlu dikembangkan lagi. Popok pelepah pisang mampu menahan bocor dan menghindarkan bayi dari iritasi. Popok kain yang sering dicuci menggunakan detergen, kadang menimbulkan alergi pada kulit bayi.
“Pembuatannya sekitar dua hari. Ini tidak termasuk pengujian produk. Terkait sampah sisa produk dan daur ulangnya, masih perlu riset lanjutan,” ujarnya.
Baca: Inovasi Mahasiswa: Jelly Drink dari Ekstrak Bawang Dayak, Mau Coba?
Pohon pisang yang memiliki banyak manfaat, tidak hanya buahnya. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia
Sampah Plastik dan Popok Sekali Pakai
Sampah popok masuk kategori bahan berbahaya dan beracun (B3), karena mengandung Super Absorbent Polymer (SAP) yang merupakan senyawa kimia berbentuk gel ketika terkena air. Selain mengancam kesehatan lingkungan dan masyarakat, sampah popok membutuhkan lebih 500 tahun untuk terurai.
Hanie Ismail dari Komunitas Nol Sampah Surabaya, mengapresiasi inovasi yang bertujuan mengurangi sampah. Sebagai konsumen, masyarakat harus memahami agar tidak sering menggunakan popok sekali pakai.
“Produsen juga punya tanggung jawab atas produknya,” ujarnya, Sabtu (19/10/2024).
Baca juga: Mengapa Daun Sirih Sering Digunakan pada Acara Adat?
Daun sirih yang memiliki banyak manfaat dalam kehidupan kita. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia
Hanie berpesan, ada penanganan khusus popok sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir.
“Popok sekali pakai sebaiknya dalam kondisi bersih dari kotoran urine maupun feses bayi, sebelum dibuang,” paparnya.
Umat Manusia Hanya 0,01 Persen dari Kehidupan Planet Bumi. Apa 99,99 persennya?
Sumber: Mongabay.co.id