- Fosil tengkorak gajah raksasa Palaeoloxodon di Kashmir menunjukkan ciri unik dengan bentuk tengkorak datar dan minim jambul, menyerupai spesies Palaeoloxodon turkmenicus, yang mengindikasikan adanya spesies baru atau terpisah dengan sebaran dari Asia Tengah hingga India Utara.
- Temuan fosil disertai 87 alat batu dan serpihan tulang yang menunjukkan tanda pukulan untuk mengambil sumsum, menandakan manusia prasejarah di Kashmir telah memanfaatkan hewan besar sebagai sumber makanan sejak 300.000 hingga 400.000 tahun lalu.
- Fosil ini membantu mengisi kesenjangan dalam evolusi Palaeoloxodon, sekaligus memperkuat pemahaman tentang interaksi manusia purba dengan megaherbivora di lanskap Asia Selatan, membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut tentang evolusi dan pola hidup prasejarah.
Penemuan Fosil Gajah Raksasa di Kashmir
Fosil tengkorak gajah raksasa yang ditemukan di Lembah Kashmir, India, membuka tabir baru tentang evolusi gajah bergading lurus dan jejak manusia prasejarah. Penemuan ini terjadi pada tahun 2000 di dekat Pampore, di kaki Pegunungan Himalaya, dan dipimpin oleh Dr. Ghulam Bhat dari Universitas Jammu. Tengkorak tersebut ditemukan bersama 87 alat batu, menandakan adanya aktivitas manusia purba di masa itu.
Penelitian lanjutan dilakukan oleh tim internasional yang melibatkan Florida Museum of Natural History, British Museum, Universitas York, Natural History Museum London, dan Dr. Steven Zhang dari Universitas Helsinki. Hasilnya dipublikasikan di Journal of Vertebrate Paleontology dan menegaskan pentingnya temuan ini dalam sejarah evolusi megaherbivora.
Ciri Unik dan Spesies yang Misterius
Berdasarkan analisis, gajah ini diidentifikasi sebagai bagian dari Palaeoloxodon, atau gajah bergading lurus, yang dikenal sebagai salah satu mamalia darat terbesar sepanjang masa dengan tinggi mencapai 4 meter dan berat hingga 10 ton. Namun, yang membuat tengkorak ini unik adalah ketiadaan jambul menonjol di bagian atas tengkorak, yang biasanya ditemukan pada spesimen Palaeoloxodon di India dan Eropa.
“Dari ukuran, gigi bungsu, dan beberapa ciri lain, jelas ini adalah gajah jantan besar dalam puncak kehidupannya,” jelas Dr. Zhang. “Namun, tidak adanya jambul tengkorak yang berkembang dengan baik, terutama jika dibandingkan dengan tengkorak jantan dewasa dari Eropa dan India, memberi petunjuk bahwa kita sedang berhadapan dengan spesies yang berbeda.”
Palaeoloxodon turkmenicus berdiri di samping manusia modern | Image credit : Chen Yu.
Tim peneliti menemukan bahwa tengkorak ini memiliki kesamaan dengan spesimen dari Turkmenistan yang dipelajari pada tahun 1950-an, dikenal sebagai Palaeoloxodon turkmenicus. Sebelumnya, para ahli mengira fosil dari Turkmenistan adalah anomali dari spesies P. antiquus yang ditemukan di Eropa. Namun, kini dengan penemuan tengkorak Kashmir, para peneliti meyakini bahwa keduanya mungkin mewakili spesies berbeda yang memiliki persebaran luas dari Asia Tengah hingga India Utara.
Bukti Penyembelihan dan Jejak Manusia Purba
Lebih dari sekadar fosil, temuan ini juga memperlihatkan jejak penyembelihan gajah oleh manusia prasejarah. Tulang yang retak menunjukkan tanda-tanda bahwa manusia purba memukul tulang untuk mengambil sumsum sebagai sumber energi. Ini merupakan bukti pertama di wilayah tersebut tentang praktik penyembelihan hewan besar, jauh lebih tua dari bukti serupa yang berusia 10.000 tahun.
- Advertisement -
“Penemuan ini menunjukkan bahwa manusia purba di Kashmir memanfaatkan gajah sebagai sumber makanan, meski belum jelas apakah mereka memburu hewan ini atau hanya menemukan bangkainya,” ungkap Dr. Advait Jukar, peneliti utama dari Florida Museum of Natural History.
Evolusi Palaeoloxodon: Mata Rantai Hilang?
Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa gajah dari genus Palaeoloxodon berevolusi di Afrika sekitar 1 juta tahun yang lalu dengan tengkorak berdahi sempit dan cembung. Bentuk tengkorak ini kemudian berkembang menjadi lebih lebar dan pipih dengan jambul tebal pada spesies yang ditemukan di Eropa dan India. Namun, tengkorak dari Kashmir dan Turkmenistan, dengan dahi datar dan jambul minimal, menunjukkan adanya mata rantai hilang dalam evolusi mereka.
Rekonstruksi tengkorak Palaeoloxodon turkmenicus | Image credit : Chen Yu.
Melalui analisis protein dalam email gigi dan pemeriksaan alat-alat batu yang terkubur bersama fosil, tim peneliti menyimpulkan bahwa fosil Kashmir berasal dari Pleistosen Tengah (300.000–400.000 tahun lalu), sama seperti usia tengkorak Turkmenistan. “Dengan bukti baru ini, kita semakin yakin bahwa kita sedang berhadapan dengan spesies yang sangat jarang diketahui, dan fosil ini mengisi kesenjangan dalam pemahaman tentang evolusi megaherbivora prasejarah,” kata Dr. Jukar.
Sumber: Mongabay.co.id