- Okapi tidak sepopuler kerabatnya, Tubuhnya lebih kecil, lehernya lebih pendek, dan pola kulitnya tak seanggun jerapah.
- Sepintas okapi mirip zebra, itu karena ada pola garis di kaki depan dan paha belakang. Namun, seluruh badannya berwarna cokelat kehitam-hitaman. Leher dan kepalanya mengingatkan kepada bentuk kuda.
- Okapi dan jerapah memiliki nenek moyang yang sama sekitar 11 hingga 12 juta tahun lalu, yang merupakan jarak waktu relatif baru untuk skala waktu evolusi. Kedekatan ini memungkinkan para peneliti membandingkan kedua genom dan menemukan beberapa perubahan genetik pada jerapah yang tidak terdapat pada okapi.
- Peneliti menemukan gen yang disebut FGFRL1, yang antara lain bertanggung jawab mengatur pertumbuhan tulang. Mereka juga mengidentifikasi empat gen lain yang terlibat dalam pengembangan struktur tubuh, yang menentukan daerah tulang belakang dan kaki. Peneliti menduga, hal ini berkait dengan evolusi leher dan kaki jerapah yang menjadi panjang.
Okapi tidak sepopuler kerabatnya, jerapah. Tubuhnya lebih kecil, lehernya lebih pendek, dan pola kulitnya tak seanggun jerapah. Okapi penyendiri, sementara jerapah satwa sosial. Meski begitu, okapi tak kalah menarik dibanding jerapah.
Sepintas dia mirip zebra, itu karena ada pola garis di kaki depan dan paha belakang. Namun, seluruh badannya berwarna cokelat kehitam-hitaman. Leher dan kepalanya mengingatkan kepada bentuk kuda.
Tapi dibanding dengan kuda, sebenarnya okapi lebih dekat jerapah. Telinga okapi besar seperti jerapah. Okapi juga memiliki lidah yang panjang. Di kepalanya terdapat semacam tanduk tertutup kulit yang disebut ossicones, seperti yang dimiliki jerapah.
Dalam hal jumlah, populasi okapi jauh lebih sedikit dibanding jerapah. Populasi jerapah diperkirakan sekitar seratus tujuh belas ribu ekor. Sementara okapi, hanya sepuluh ribu hingga dua puluh ribu ekor. Beruntung, peneliti berhasil mengurai genom okapi juga jerapah. Hasilnya, ilmu pengetahuan tahu apa yang menyebabkan jerapah punya leher sangat panjang.
Baca: 10 Hewan dan Tumbuhan yang Sering Dikelirukan dan Dianggap Sama
- Advertisement -
Okapi yang sepintas mirip zebra. Foto: Rhett Butler/Mongabay
Pengurutan DNA
Okapi dan jerapah memiliki nenek moyang yang sama sekitar 11 hingga 12 juta tahun lalu, yang merupakan jarak waktu relatif baru untuk skala waktu evolusi. Kedekatan ini memungkinkan para peneliti membandingkan kedua genom dan menemukan beberapa perubahan genetik pada jerapah yang tidak terdapat pada okapi.
Hasilnya, para peneliti menemukan 70 gen yang menunjukkan tanda adaptasi. Lebih dari separuhnya mengkode protein yang mengatur perkembangan dan fisiologi sistem rangka, kardiovaskular, dan saraf.
Peneliti menemukan gen yang disebut FGFRL1, yang antara lain bertanggung jawab mengatur pertumbuhan tulang. Mereka juga mengidentifikasi empat gen lain yang terlibat dalam pengembangan struktur tubuh, yang menentukan daerah tulang belakang dan kaki. Peneliti menduga, hal ini berkait dengan evolusi leher dan kaki jerapah yang menjadi panjang.
Sistem kardiovaskular jerapah sangat unik. Jantungnya harus mampu memompa darah sampai ke otak yang letaknya sekitar dua meter di kepala. Jantung jerapah telah berevolusi hingga memiliki ventrikel kiri yang besar. Selain itu, jerapah memiliki tekanan darah dua kali lebih tinggi dibanding mamalia lain, untuk menjamin aliran darah mengalir ke seluruh bagian tubuhnya.
Sementara okapi, seperti mamalia darat lainnya, tidak memerlukan jantung dan kemampuan kardiovaskular luar biasa seperti jerapah. Bahkan, leher okapi berevolusi menjadi lebih pendek.
Baca: Berleher Panjang, Bagaimana Jerapah Atasi Masalah Tekanan Darah Tinggi?
Okapi tidak sepopuler kerabatnya, jerapah. Foto: Rhett Butler/Mongabay
Mengapa leher jerapah panjang, telah menjadi perdebatan para ahli sejak dulu. Misalnya, Jean Baptiste Lamarck yang menyatakan bahwa leher jerapah menjadi panjang karena satwa ini berusaha meraih daun yang tinggi di pohon. Lama kelamaan, keturunannya mewarisi leher panjang.
Sementara Charles Darwin, menyatakan jerapah memiliki leher panjang karena seleksi alam. Jerapah yang berleher lebih panjang bisa menggapai makanan yang terletak di atas pohon. Ini membuat mereka bisa bertahan hidup dibanding jerapah yang memiliki leher lebih pendek.
Penelitian yang dilakukan paleontologis menambahkan, kemungkinan nenek moyang jerapah leher panjang bisa bertahan hidup karena mereka memenangi kompetisi memperebutkan pasangan. Seperti diketahui, jerapah menggunakan lehernya saat berkelahi dengan cara menabrakkan ke leher lawan.
Baca: Tak Seperti Kuda, Mengapa Zebra Tidak Pernah Menjadi Hewan Peliharaan dan Tunggangan?
Jerapah yang memiliki leher panjang. Foto: Rhett Butler/Mongabay
Jerapah hutan
Okapi kadang juga disebut jerapah hutan. Itu karena okapi tinggal di hutan hujan dan menyukai hutan lebat. Sebaliknya, jerapah lebih menyukai savana, area terbuka, yang ditumbuhi akasia. Di alam liar, habitat okapi ada di hutan hujan Ituri, Kongo. Sementara habitat jerapah tersebar di timur dan selatan Afrika.
Warna kulit dan corak garis pada kaki dan pahanya menyamarkan okapi di lebatnya hutan. Corak itu membaur dengan bayang-bayang dahan akibat sinar matahari yang menembus rerimbunan pohon.
Anak okapi hanya membutuhkan 30 menit setelah lahir untuk bisa berjalan. Namun, tidak dapat buang air besar hingga berusia satu bulan. Bau kotorannya justru menjadi penyelamat bayi okapi karena predator mungkin tidak menyukainya.
Baca juga: Kratom, Tumbuhan Herbal Istimewa dan Kontroversinya
Jerapah yang di alam liar ternyata hanya tidur pulas maksimal 30 menit. Foto: Rhett Butler/Mongabay
Okapi jarang bersuara. Namun, induk okapi punya cara unik saat berkomunikasi dengan anaknya. Induk okapi akan mengeluarkan infrasonik yang tidak bisa didengar manusia ataupun leopard yang menjadi predatornya.
Okapi adalah makhluk diurnal. Biasanya mereka makan pada pagi dan sore hari. Hampir semua tanaman hutan menjadi makanannya. Termasuk buah-buahan, jamur, bahkan tumbuhan beracun. Okapi juga mengonsumsi arang dan tanah liat utuk menetralisir racun dan menyerap mineral.
Daftar Merah IUCN memberi status okapi sebagai satwa terancam punah. Populasinya terancam karena hilangnya habitat, perburuan, dan perang saudara di wilayah Republik Demokratik Kongo. Jerapah juga diberi status terancam punah. Satwa berleher jenjang ini mengalami kepunahan diam-diam. Dalam tiga dekade terakhir, populasi jerapah mengalami penurunan hingga 40 persen.
Tanpa Tidur, Bisakah Hewan Bertahan Hidup?
Sumber: Mongabay.co.id