MEDAN – Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sumatera Utara bekerjasama dengan Ikatan Alumni FEB USU (IKAFEB USU) menyelenggarakan kuliah umum eksklusif dengan tema “Outlook Ekonomi Nasional di Tengah Turbulensi Sosial Politik Nasional dan Global”, di Aula Prof.Dr.Suhaji Hadibroto, FEB USU, Jumat (11/10/2024).
Kuliah umum ini dibuka Prof. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si Rektor Universitas Sumatera Utara (USU). Pada kata sambutannya, rektor mengharapkan kuliah umum ini dapat memberikan insight kepada peserta sekaligus gambaran pilihan alternatif kebijakan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi Indonesia berkisar 8 persen pada pemerintahan baru di bawah presiden terpilih Prabowo Subianto.
Kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan, Agus Dwi Handaya SE, Ak, MBA, (Direktur Compliance & Human Capital Bank Mandiri, sekaligus Ketua IKAFEB USU) yang menyampaikan kegiatan kuliah umum ini merupakan salah satu bentuk kontribusi alumni untuk mewujudkan Universitas Sumatera Utara (USU) menjadi kampus global.
Pada kesempatan ini, Agus Dwi Handaya juga menyampaikan Program Beasiswa Generasi Emas IKAFEB USU yang diberikan kepada 12 mahasiswa FEB USU berprestasi total nilai sebesar 150 juta rupiah dan 5 mahasiswa FISIP USU berprestasi dengan total nilai sebesar 50 juta rupiah.
Mahasiswa yang terpilih dalam program beasiswa ini telah melalui seleksi yang ketat mulai dari tahap seleksi berkas administrasi dan tahap wawancara.
Kuliah umum ekslusif ini ini menghadirkan narasumber M.Chatib Basri (Komisaris Utama Bank Mandiri), yang menyampaikan perekonomian Indonesia masih terpengaruh dengan tekanan geo-politik, kebijakan suku bunga FED dan melambatnya pertumbuhan ekonomi China.
Kebijakan suku bunga FED masih akan pengaruh terhadap perekonomian Indonesia terutama pada pasar uang dan pasar modal.
- Advertisement -
Meskipun, FED telah menurunkan suku bunganya namun diperkirakan suku bunga FED masih dikisaran 3,5% di tahun 2025.
Selain itu, melambatnya pertumbuhan ekonomi China akan mempengaruhi harga komoditas, karena akan terjadi penurunan permintaan dari China. Misalnya, terjadi penurunan ekspor minyak sawit ke China yang mulai terlihat pada Januari 2024.
Proyeksi World Bank mengungkapkan bahwa Indonesia mampu tumbuh di kisaran 5,1 persen pada tahun 2025. Angka ini cukup signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi global yang hanya sekitar 2,7 persen, serta pertumbuhan ekonomi negara-negara maju yang diperkirakan sebesar 1,8 persen.
Kondisi ini menegaskan bahwa Indonesia memiliki daya tarik yang kuat sebagai tujuan investasi, terutama karena stabilitas ekonomi yang relatif lebih tinggi, potensi pasar domestik yang besar, serta prospek pertumbuhan yang menjanjikan di tengah perlambatan ekonomi global.
Meski demikian, perlu upaya untuk mendorong investasi dengan meningkatkan produktivitas melalui peningkatan human capital, infrastuktur dan tata Kelola pemerintah yang baik.
Di sisi lain, Indonesia sedang mengalami penurunan kelas menengah 21,45 persen ke 19,82 persen. Kondisi ini menunjukkan pemulihan ekonomi pasca Covid-19 belum sepenuhnya merata, terutama belum menyentuh kelompok kelas menengah.
Selain itu, data Sakernas BPS ini menunjukkan tenaga kerja sebagian besar diserap oleh sektor informal pada periode 2019-2024.
Sedangkan, pada periode sebelumnya lapangan kerja yang tercipta lewat sektor formal. Hal ini menjelaskan mengapa porsi kelas menengah turun dan aspiring middle class naik, karena lapangan kerja yang tercipta lebih banyak pada sektor informal yang umumnya memiliki tingkat pendapatan yang lebih rendah dibanding sektor formal.
Oleh sebab itu, perlu kebijakan yang mendorong industri yang dapat menyerap tenaga kerja, seperti manufaktur dan pariwisata.
Adapun, kuliah umum ini dihadiri lebih dari 300 peserta yang terdiri dari para guru besar usu, doktor dan para dosen dari hampir 20 PTN/PTS sekota medan, serta asosiasi pelaku usaha dan juga nasabah utama dari bank mandiri.
Peserta yang hadir pada kegiatan ini menyebutkan insight yang diberikan narasumber membuka wawasan sekaligus memberi optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun mendatang.[]