- Penelitian terbaru menunjukkan bahwa air di bulan lebih tersebar luas dari yang diperkirakan, tidak hanya di kutub, tetapi juga di seluruh permukaan, termasuk di daerah yang terkena sinar matahari. Data ini diperoleh dari instrumen Moon Mineralogy Mapper (M3) pada misi Chandrayaan-1 milik India.
- Air di bulan bersifat metastabil, di mana molekul air perlahan-lahan terurai, tetapi hidroksil tetap ada dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya potensial. Aktivitas meteorit dan vulkanik berkontribusi pada distribusi air ini, dan angin matahari juga menciptakan lapisan hidroksil di permukaan bulan.
- Penemuan ini penting bagi eksplorasi bulan masa depan karena memungkinkan astronot menemukan sumber air di banyak tempat di bulan, termasuk dekat ekuator, yang dapat mendukung misi jangka panjang.
Penemuan terbaru menunjukkan bahwa air di permukaan bulan jauh lebih luas dan tersebar daripada yang diperkirakan sebelumnya. Berdasarkan data dari misi Chandrayaan-1 yang diluncurkan oleh India, air tidak hanya ditemukan di kawah kutub yang gelap, tetapi juga di seluruh permukaan bulan, termasuk daerah yang terkena sinar matahari langsung. Ini merupakan kabar penting bagi eksplorasi bulan di masa depan dan membuka potensi besar bagi penemuan sumber daya air di luar angkasa.
Air di Bulan Tersebar Luas, Bukan Hanya di Kutub
Penelitian yang diterbitkan di Planetary Science Journal ini mengungkap bahwa molekul air dan hidroksil (OH) ditemukan di berbagai area di permukaan bulan, termasuk daerah yang terkena sinar matahari. Sebelumnya, para ilmuwan percaya bahwa air hanya terkonsentrasi di kutub bulan, khususnya di kawah-kawah yang jarang terkena cahaya. Namun, temuan baru ini membuktikan bahwa air dapat ditemukan di banyak wilayah bulan.
Data ini berasal dari instrumen Moon Mineralogy Mapper (M3) yang dibawa oleh pesawat luar angkasa Chandrayaan-1. M3 menggunakan teknologi spektroskopi inframerah untuk mendeteksi molekul air dan hidroksil di permukaan bulan. Roger Clark, ilmuwan senior dari Planetary Science Institute yang memimpin studi ini, menyatakan, “Astronot di masa depan mungkin dapat menemukan air bahkan di dekat ekuator bulan dengan memanfaatkan area-area kaya air ini.”
Teknologi Canggih untuk Deteksi Air di Bulan
Salah satu alasan utama mengapa temuan ini sangat penting adalah penggunaan teknologi canggih M3 yang dapat mendeteksi jejak air dan hidroksil dalam spektrum inframerah. Spektrometer ini mampu menangkap hingga 85 warna berbeda, jauh lebih detail dibandingkan kamera digital biasa yang hanya menangkap tiga warna.
“Spektrometer inframerah dapat melihat berbagai warna untuk menentukan komposisi permukaan, termasuk air (H2O) dan hidroksil (OH),” jelas Clark. Teknologi ini memberikan cara baru untuk mengidentifikasi keberadaan air di wilayah yang terkena sinar matahari, sebuah temuan yang sebelumnya dianggap tidak mungkin.
Gambar hitam putih Bulan dari data Moon Mineralogy Mapper. Bawah: Peta air di Bulan. Kredit: NASA/ISRO/Tim M3/PSI/R. Clark
Penemuan lain yang sangat menarik dari studi ini adalah bahwa air di bulan bersifat metastabil. Ini berarti molekul H2O perlahan-lahan terurai selama jutaan tahun, tetapi hidroksil (OH) tetap ada. Fakta ini sangat penting untuk misi luar angkasa di masa depan, karena hidroksil dapat dikombinasikan untuk menciptakan air dan oksigen, yang bisa menjadi sumber daya kritis bagi astronot.
- Advertisement -
Baca juga: NASA: Kemungkinan Besar, Ada Kehidupan Tersembunyi di Kutub Selatan Bulan
Meteorit dan Aktivitas Vulkanik: Sumber Air di Bulan
Penelitian ini juga mengungkap peran penting tumbukan meteorit dalam menyebarkan air di permukaan bulan. Saat meteorit menghantam permukaan bulan, mereka menggali batuan kaya air dari bawah permukaan dan menyebarkannya ke berbagai wilayah, termasuk daerah yang jauh dari kutub. Aktivitas vulkanik di bulan juga membawa material kaya air ke permukaan.
“Kami melihat permukaan bulan dengan geologi kompleks yang menunjukkan adanya air di bawah permukaan dan lapisan hidroksil di permukaan,” ungkap Clark. Penemuan ini membantah keyakinan lama bahwa air hanya dapat ditemukan di kawah yang gelap di kutub bulan.
Peran Angin Matahari dan Proses Space Weathering dalam Pembentukan Hidroksil
Selain peran meteorit dan aktivitas vulkanik, angin matahari juga memainkan peran penting dalam pembentukan hidroksil di permukaan bulan. Proton yang dipancarkan oleh matahari menabrak permukaan bulan dan berinteraksi dengan oksigen dalam mineral, menghasilkan hidroksil melalui proses yang dikenal sebagai space weathering.
Instrumen Chandrayaan-1 menemukan sejumlah kecil air dan hidroksil (biru) di permukaan Bulan.ISRO/NASA/JPL-Caltech/Brown Univ./USGS
Clark menjelaskan, “Lapisan tipis hidroksil ini kemungkinan besar diciptakan oleh proton angin matahari yang menghantam permukaan bulan.” Ini menunjukkan bahwa permukaan bulan terus berevolusi meskipun tidak memiliki atmosfer atau cuaca seperti di Bumi.
Misteri Lunar Swirls dan Kompleksitas Geologi Bulan
Penelitian ini juga menyoroti fitur geologis misterius yang disebut lunar swirls. Swirls ini adalah pola difus yang terlihat di beberapa bagian permukaan bulan dan memiliki kandungan hidroksil yang rendah. Swirls diyakini terbentuk karena medan magnet yang membelokkan angin matahari, mengurangi produksi hidroksil di area tersebut.
Penemuan lain yang menarik adalah adanya area yang mirip dengan swirls tetapi tidak terlihat melalui cahaya biasa, hanya melalui penyerapan hidroksil. Para ilmuwan menduga bahwa fitur ini mungkin merupakan swirls yang sudah tererosi atau tipe baru yang belum pernah dideteksi sebelumnya.
Baca juga: Gerhana Bulan Penumbra, Fenomena Malam Luar Biasa
Mengapa Penemuan Air di Bulan Ini Penting bagi Eksplorasi Masa Depan?
Penemuan bahwa air tersebar di seluruh permukaan bulan, bahkan di daerah yang terkena sinar matahari, memiliki dampak besar bagi masa depan eksplorasi bulan. Dengan adanya sumber air yang lebih luas, misi eksplorasi di masa depan tidak perlu terbatas pada daerah kutub yang gelap, tetapi dapat mengeksplorasi wilayah lain untuk menemukan air.
“Mengetahui di mana air berada sangat penting tidak hanya untuk memahami sejarah geologis bulan, tetapi juga untuk membantu menemukan sumber daya air bagi astronot di masa depan,” kata Clark. Dengan air yang tersedia di berbagai wilayah, ini dapat memudahkan perencanaan misi luar angkasa jangka panjang dan memungkinkan eksplorasi bulan yang lebih dalam.
Selain manfaat praktis, pemahaman yang lebih baik tentang distribusi air di bulan juga membantu kita memahami lebih lanjut tentang evolusi tata surya dan geologi bulan. Setiap temuan baru memberikan wawasan penting tentang bagaimana planet dan bulan berkembang.
Sumber: Mongabay.co.id