- Badak merupakan salah satu mamalia paling ikonik.
- Ciri khasnya adalah berbadan gempal, lipatan kulit laksana memakai mantel metal, dengan tanduk yang menjulang di ujung kepala.
- Dari hampir 100 spesies badak yang pernah ada, kini tersisa 5 spesies di bumi. Dua jenis ada di Indonesia, yaitu badak sumatera [Dicerorhinus sumatrensis] dan badak jawa [Rhinoceros sondaicus].
- Sekelompok peneliti mengungkap fakta bahwa ukuran cula badak selama satu abad ini mengecil. Mereka memperkirakan penyebabnya adalah perburuan, hanya menyisakan badak bercula kecil yang bertahan hidup.
Badak merupakan salah satu mamalia paling ikonik. Berbadan gempal, lipatan kulit laksana memakai mantel metal, dengan tanduk yang menjulang di ujung kepala, adalah ciri khasnya.
Berikut terangkum 10 fakta penting badak, satwa pemalu yang terancam kelestariannya karena ulah manusia.
Baca: Ada Indikasi Oknum Orang Dalam Terlibat Perburuan Badak di Ujung Kulon
Badak sumatera yang nasibnya dibayangi kepunahan. Foto: Rhett Butler/Mongabay
- Advertisement -
- Indonesia miliki 2 spesies dari 5 spesies badak tersisa
Dari hampir 100 spesies badak yang pernah ada, kini tersisa 5 spesies di bumi. Dua di jenis hidup di Indonesia, yaitu badak sumatera [Dicerorhinus sumatrensis] dan badak jawa [Rhinoceros sondaicus]. Tiga lainnya adalah badak bercula satu besar [Rhinoceros unicornis] atau badak India, badak hitam [Diceros bicornis] dan badak putih [Ceratotherium simum].
- Badak sumatera liar punah di Malaysia
Para ilmuwan dan pakar di bidang konservasi badak menyatakan bahwa badak sumatera liar telah punah di Malaysia. Badak sumatera terakhir bernama Iman, yang berada di penangkaran Borneo Rhino Alliance [BORA], Sabah, Malaysia, mati pada Sabtu [23/11/2019] pukul 17.35 waktu setempat.
Survei insentif gagal menemukan badak sumatera liar di Malaysia sejak 2007. Secara historis, badak sumatera tersebar di sebagian besar Asia Tenggara. Badak terkecil di dunia ini pernah mendiami kaki bukit Himalaya di Bhutan dan India Timur, Myanmar, Thailand, Vietnam, dan mungkin juga China.
Anak badak jawa jantan ID. 089.2022 [LordZac]. Terekam pertama kali di Blok Cinogar, pada 18 September 2022, pukul 08.29 WIB, dari induk bernama Ratu [ID. 035.2011]. Foto: Dok. KLHK/Balai TNUK
- Foto pertama badak sumatera di Kalimantan
Pada 2006, untuk pertama kali badak sumatera liar di Kalimantan berhasil difoto melalui kamera jebak. Dari survei yang dilakukan setahun sebelumnya diperkirakan sedikitnya masih ada 13 ekor di pedalaman hutan Sabah. Namun belakangan badak liar tak lagi bisa dijumpai di sana. Kabar baiknya, pada 2013 jejak badak sumatera ditemukan di Hutan Lindung Kelian, Kutai Barat.
- Foto langka anak badak jawa
Kamera jebak yang dipasang di Taman Nasional Ujung Kulon berhasil mengabadikan seekor anak badak Jawa, September 2024. Anak badak dengan lipatan kulit seperti mantel pelat baja itu diperkirakan berumur tiga hingga lima bulan.
Ini adalah momen langka, sekaligus menggembirakan mengingat populasi badak jawa dikhawatirkan terus menurun. Pihak berwenang meyakini populasinya masih berkisar 82 individu. Namun, perburuan liar menyebabkan turunnya populasi menjadi lebih kecil dari angka itu.
Iman, badak sumatera terakhir di Malaysia, mati akibat tumor pada 23 November 2019. Foto: BORA [Borneo Rhino Alliance]
- Transfer embrio pertama
Ilmuwan berhasil membenamkan embrio badak putih selatan ke seekor betina badak putih selatan pada September 2023. Rencananya, mereka akan menerapkan pada badak putih utara yang kini hanya tersisa dua individu di dunia dan keduanya betina. Kini keduanya diawasi dengan ketat di Ol Pejeta, Kenya.
Peneliti masih memiliki 12 sel hidup dari 12 individu badak putih utara yang disimpan dalam nitrogen cair. Namun, Curra, nama induk badak putih selatan yang bunting 70 hari itu mati karena sakit.
- Kepunahan badak berbulu
Badak berbulu pernah mendiami Eurasia dan punah sekitar 10 ribu tahun lalu. Suhu yang meningkat dan perburuan diperkirakan menjadi penyebab kepunahan jenis ini. Dari lima spesies badak yang tersisa, hanya badak sumatera yang masih memiliki bulu meski pendek.
Pada masa lalu, ada 61 spesies herbivora darat besar yang beratnya lebih dari satu ton hidup di akhir Pleistosen. Delapan di antaranya masih bertahan hingga kini. Lima spesies di antaranya adalah badak.
Badak putih di Taman Nasional Kruger, Afrika Selatan. Foto: Rhett Butler/Mongabay
- Isotop radio di cula badak
Konservasionis punya gagasan baru untuk menyelamatkan badak, yaitu dengan memasukkan isotop radio dosis rendah ke dalam cula badak di Afrika Selatan. Tujuannya, agar alat pendeteksi radiasi di perbatasan, pelabuhan, bandara, dan penyeberangan darat bisa menandai jika ada cula badak yang melewatinya.
Mereka juga berharap, pengguna akhir akan berpikir seribu kali karena cula badaknya mengandung bahan radioaktif. Jika berhasil, proyek ini akan diperluas untuk satwa yang terancam perburuan seperti gajah dan trenggiling. Bahan radioaktif akan bertahan sampai lima tahun.
- Perburuan badak afrika sentuh angka 1.200 individu
Jika pada awal abad ke-20 populasi badak di seluruh dunia diperkirakan mencapai 500 ribu individu, saat ini sekitar 28 ribu individu. Statistik menunjukkan, pada 2014 dan 2015, perburuan badak di Afrika mencapai lebih dari 1.200 individu setahun. Sejak 2013 hingga 2017 dunia kehilangan 3 ekor badak per hari akibat perburuan.
Saat ini, satu individu badak diburu setiap 15 jam. Statistik terbaru, ada 499 individu badak dibunuh pada 2023 dan 229 individu dibunuh pada paruh pertama 2024.
Laporan lain menyebut, sedikitnya tujuh badak jawa dibunuh antara tahun 2019 hingga 2023. Saat ini perburuan demi mendapatkan cula badak menjadi ancaman utama kelestarian badak di seluruh dunia.
Badak hitam (Diceros bicornis) yang hidup di Afrika. Foto: International Rhino Foundation
- Lebih mahal dari emas
Cula badak di pasar gelap di Afrika berharga hingga 60 ribu dolar per kilogram. Kebanyakan diminati oleh pasar China dan Vietnam. Sementara, seorang pemburu badak jawa yang tertangkap mengaku menjual cula seharga 280 juta rupiah.
Mereka yang percaya memanfaatkannya untuk obat tradisional dan aprodisiak. Padahal, cula badak terbuat dari keratin, sama dengan bahan yang ada pada kuku manusia.
- Cula badak mengecil
Sekelompok peneliti mengungkap fakta bahwa ukuran cula badak selama satu abad ini mengecil. Berdasarkan foto-foto yang mereka peroleh, baik dari spesies badak putih, hitam, india, jawa, maupun badak sumatera panjang culanya menurun secara signifikan.
Mereka memperkirakan penyebabnya adalah perburuan. Perburuan tidak hanya menyebabkan penurunan populasi badak secara drastis, namun juga menyisakan hanya badak bercula kecil yang bertahan hidup. Badak bercula panjang berpeluang lebih besar menjadi sasaran pemburu.
Surat Pendiri Mongabay untuk Sang Anak: Badak Sumatra Mungkin Telah Punah Saat Kau Dewasa
Sumber: Mongabay.co.id