Minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO), adalah residu yang berasal dari aktivitas memasak yang memiliki potensi sebagai bahan baku biodiesel. Penggunaan UCO sebagai bahan baku biodiesel ini pun berpotensi untuk mengurangi risiko dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan.
Mengacu kepada ketentuan regulasi Renewable Energy Directive (RED) yang dikeluarkan oleh Uni Eropa, UCO disebut alternatif bahan baku yang rendah emisi karena tidak memiliki risiko alih fungsi lahan dan deforestasi, sehingga dapat dianggap menjadi salah satu strategi mitigasi pemerintah dalam penurunan emisi gas rumah kaca.
Lalu apakah UCO yang dikategorikan sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN) sudah dapat dikatakan layak sebagai bahan bakar alternatif khususnya di sektor perikanan yang dikenal banyak memanfaatkan bahan bakar diesel?
Aktivitas bongkar muatan di kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari, Kota Tegal, Jawa Tengah. Foto: A. Asnawi/Mongabay Indonesia
- Advertisement -
UCO: Bahan Bakar Rendah Emisi untuk Kapal
Hasi uji kelayakan yang dilakukan Research and Technology Innovation (RTI) Pertamina, UCO atau Usage of Used Cooking Oil Methyl Ester (UCOME) memiliki kesesuaian spesifikasi dengan Marine Fuel Oil (MFO), yaitu bahan bakar yang digunakan untuk kapal laut.
Hal ini berarti, pemanfaatan BBN berbasis UCO amat berpotensi untuk digunakan sebagai bahan bakar kapal dengan tipe mesin diesel, sehingga berpotensi sebagai bahan bakar yang rendah emisi di Indonesia.
The International Council of Clean Transportation (ICCT) dalam penelitiannya yang berjudul “Potensi Minyak Jelantah dalam Menurunkan Emisi GRK armada Penangkapan Ikan di Indonesia” mengungkapkan bahwa strategi pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari kegiatan penangkapan ikan masih minim diteliti.
Dikatakan jika sebagian besar kapal di subsektor perikanan tangkap masih terlalu kecil untuk dimasukkan dalam peraturan maritim internasional.
Padahal, dari hasil penelusuran oleh Traction Energy Asia mengungkapkan bahwa potensi BBN berbasis UCO pada 2022 adalah sebanyak 1,2 juta kiloliter di wilayah Jawa-Bali pada sektor rumah tangga dan usaha mikro.
Sementara, penggunaan biodiesel yang digunakan pada kapal subsektor perikanan tangkap saat ini menggunakan minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dengan kuota penyaluran biodiesel berdasarkan kebijakan B35 (yaitu pencampuran 35% BBN dan 56% solar) oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yaitu sebesar 13,41 juta kiloliter untuk tahun 2024.
Di sisi lain, penggunaan biodiesel berbasis sawit memiliki risiko tersendiri. Traction Energy Asia menyebut hal ini karena:
(1) Harga CPO yang berfluktuatif mengikuti harga pasaran internasional, sehingga memicu penambahan beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) karena adanya peningkatan biaya subsidi pengadaan biofuel;
(2) Berpotensi terjadi konflik antara CPO untuk energi dan CPO untuk bahan pangan (food vs fuel) apabila dikembangkan secara intensif;
(3) berpotensi menimbulkan emisi karbon di sektor Forest and Other Land Use termasuk lahan gambut FOLU-lahan gambut.
Sedangkan di sisi lain, praktik ekspor UCO yang masif saat ini membuat pemanfaatan UCO di dalam negeri dirasa belum maksimal. Oleh karena itu, BBN berbasis UCO dapat menjadi BBN alternatif selain BBN berbasis minyak kelapa sawit.
Kapal-kapal nelayan di PPS CIlacap, Jawa Tengah. Dok. Traction Energy Asia
Lokasi Potensial Penerapan BBN Berbasis UCO
Berdasarkan hasil temuan di lapangan oleh Traction Energy Asia pada 2024, jumlah kebutuhan biodiesel/biosolar terdiri dari biosolar subsidi dan biosolar industri. Menggunakan data basis tahun 2022 yang didukung dengan temuan di lapangan pada 2024, volume kebutuhan biodiesel subsidi di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Cilacap adalah sebesar 1.125.000 liter/tahun dan volume kebutuhan biodiesel industri di PPS Cilacap sebesar 16.481.260 liter/tahun.
Sementara volume kebutuhan biodiesel industri di PPP Tasikagung Rembang sebesar 6.204.600 liter/tahun dan volume kebutuhan biodiesel subsidi di PPP Tasikagung Rembang adalah sebesar 3.415.927 liter/tahun.
Berbasis asumsi data tersebut, dengan kebijakan B35 maka asumsi persentase BBN berbasis UCO yang dibutuhkan sebesar 0,007% (berdasarkan asumsi volume UCO dari sektor rumah tangga dan usaha mikro). Yang artinya, BBN berbasis UCO dapat menjadi pasar potensial sebagai bahan bakar alternatif untuk kapal subsektor perikanan tangkap di PPS Cilacap dan PPP Tasikagung Rembang.
Didukung data ICCT, BBN berbasis UCO maka intensitas karbon untuk biodiesel yang dihasilkan dari UCO di Indonesia adalah sebesar 21,7 gCO2/MJ yang artinya lebih rendah empat kali lipat dibanding bahan bakar fosil atau diesel.
Sehingga dapat dikatakan, selain dari ketersediaan yang dapat mencukupi kebutuhan bahan bakar biosolar di PPS Cilacap dan PPP Tasikagung Rembang, maka BBN berbasis UCO memiliki emisi yang lebih rendah.
Penggunaan Bahan Bakar Nabati (BBN) berbasis minyak jelantah (UCO) di subsektor perikanan tangkap dapat menjadi alternatif penggunaan bahan bakar rendah emisi . Dok. Traction Energy Asia
Mendorong Munculnya Inovasi Lanjutan
Melihat adanya potensi BBN berbasis UCO untuk kapal subsektor perikanan tangkap di Indonesia, maka pemanfaatan minyak jelantah untuk kapal subsektor perikanan tangkap dapat dicobagunakan untuk memperkuat sistem pengumpulan minyak jelantah.
Secara khusus, hal ini dapat dilakukan di wilayah-wilayah sekitar pelabuhan, dimana pengumpulan yang diperuntukkan bagi kapal subsektor perikanan tangkap dapat dilakukan lebih efisien.
Selain itu, dengan peningkatan penggunaan pengolahan BBN berbasis UCO, bakal menjadi awal bagi pengembangan riset yang mendukung peningkatan kualitas teknologi dan infrastruktur pengolahan yang memenuhi standard nasional.
Tak kalah pentingnya, penggunaan BBN berbasis UCO bakal mengedukasi para nelayan pemilik kapal dan para pihak untuk termotivasi untuk mengumpulkan minyak jelantah sebagai BBN alternatif.
*Michael Rajagukguk, penulis adalah Research and Advocacy Communication Specialist di Traction Energy Asia. Tulisan ini adalah opini penulis
Ini Keuntungan Kalau Minyak Jelantah jadi Biodiesel
Sumber: Mongabay.co.id