- Negeri ini kehilangan sosok pemikir ekonomi yang mempunyai kepekaan terhadap lingkungan hidup dan kemanusiaan. Faisal Basri, ekonom senior dari Institut for Development of Economics and Finance (INDEF), telah berpulang. Faisal tutup usia di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan, 5 September 2024 sekitar pukul 03.50 WIB.
- Faisal Basri tak hanya seorang ekonom, juga pegiat lingkungan dan sosial. Dia dikenal sebagai sosok yang vokal mengkritik penguasa ketika bikin kebijakan yang berisiko menyengsarakan rakyat. Pria yang tutup usia pada umur 65 tahun ini konsern bersuara ketika lingkungan hidup hancur lebur dan masyarakat menderita dampak dari investasi ekstraktif. Tak hanya menyumbangkan pikirannya, dia juga tak jarang membersamai masyarakat yang sedang berjuang melawan ketidakadilan.
- Muhammad Jamil, Kepala Divisi Hukum Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), mengatakan, Faisal Basri sebagai seorang intelektual organik. Pengetahuan Faisal digunakan pada level berbeda, yakni, untuk kemaslahatan masyarakat. Dia juga sederhana dan ikut membersamai perjuangan warga.
- Tata Mustasya, Senior Campaign Strategist Greenpeace International, mengatakan, Faisal Basri sosok yang menginspirasi. Akademisi yang sangat paham terhadap keilmuan yang dia dalami hingga menilai suatu kondisi tak hanya dari kacamata ekonomi. Faisal juga bicara sesuatu yang dia yakini benar, menyampaikan kebenaran dan bernyali besar.
Negeri ini kehilangan sosok pemikir ekonomi yang mempunyai kepekaan terhadap lingkungan hidup dan kemanusiaan. Faisal Basri, ekonom senior dari Institut for Development of Economics and Finance (INDEF), telah berpulang. Faisal tutup usia di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan, 5 September 2024 sekitar pukul 03.50 WIB.Faisal sudah dikenal sebagai sosok yang vokal mengkritik penguasa ketika bikin kebijakan yang berisiko menyengsarakan rakyat. Pria yang tutup usia pada umur 65 tahun ini juga konsern bersuara ketika lingkungan hidup hancur lebur dan masyarakat menderita dampak dari investasi ekstraktif. Tak hanya menyumbangkan pikirannya, dia juga tak jarang membersamai masyarakat yang sedang berjuang melawan ketidakadilan.
Seperti pekan lalu, 30 Agustus 2024, dia masih berada di Dairi, Sumatera Utara, bersama masyarakat yang sedang mempertahankan ruang hidup yang terancam pertambangan seng, PT Dairi Prima Mineral (DPM). Pada tanggal dia, dia bersama masyarakat dan para aktivis lingkungan dan kemanusiaan ikut talkshow di salah satu rangkaian acara Festival Durian, sebagai wujud pertahanan ekonomi masyarakat.
- Advertisement -
Ketika masyarakat menggugat perusahaan terkait keterbukaan informasi kontrak karya, Faisal juga menjadi ahli di pengadilan.
“Tidak ada kata lain, hanya ada satu kata, lawan,” katanya dalam talkshow di Dairi, penghujung Agustus lalu itu.
Dalam diskusi itu, Faisal berbicara tentang kebijakan pemerintah di sektor pertanian dari sisi ekonomi dan ancaman industri tambang. Tambang, katanya, bersifat merusak dan mengancam kehidupan.
Faisal pun berkomitmen membersamai masyarakat berjuang melawan perusahaan tambang.“Ini urusan kita bersama, Ini bukan urusan rakyat Dairi saja, tapi urusan kita semua termasuk kami-kami yang di Jakarta. Kami akan bersolidaritas. Kami akan melawan terus di Jakarta.”
Setelah diskusi, Faisal makan durian bersama warga Dairi dan tamu undangan sembari berbincang-bincang. Dia menikmati durian hasil panen dari kebun-kebun petani Dairi.
Berjuang bersama rakyat
Rohani Manalu dari Yayasan Diakonia Pelangi Kasih (YDPK), mengatakan, warga sangat kehilangan sosok Faisal. Dia banyak membantu warga Dairi berjuang melawan DPM, perusahaan tambang seng yang mengancam kehidupan masyarakat.
“Dia sangat membantu kami, kita kehilangan orang baik, hebat, dan konsisten. Manusia langka itu orangnya,” katanya kepada Mongabay.’
Rohani, aktivis perempuan Dairi juga mendampingi warga berjuang mendapatkan keadilan. Selama berkerjasama dengan Faisal, Rohani menilai dia sosok baik hati dan sederhana.
“Orang sehebat itu.. Dia orang yang peduli dengan orang kecil. Kami juga pernah meminta bantuan dia menjadi ahli ketika kami gugatan atas keterbukaan informasi kontrak karya DPM,” katanya.
Faisal, katanya, juga tak pernah menerima bayaran sepeserpun ketika diminta bantuan warga. Meskipun sebenarnya warga sudah mengalokasikan anggaran tetapi dia tak mau. Bahkan untuk jadi nara sumber di Festival Durian Dairi, pakai dana pribadi untuk transportasi dari Jakarta ke Dairi.
“Kita sangat berduka. Statemen dia terakhir itu, dia akan terus bersolidaritas dari Jakarta dengan perjuangan kita,” kata Rohani.Faisal menyemangati perjuangan warga Dairi. “Ya itu pesan-pesan terakhir dia berjanji akan terus bersolidaritas untuk Dairi dari Jakarta. Ternyata itu perpisahan…”
Senada disampaikan Duad Sihombing, aktivis Dairi dari Yayasan Petrasa. Dia yang mengantar jemput Faisal dari Bandara Kuala Namu, Medan ke Sindikalang. Itu pertama dan ternyata juga yang terakhir.
“Aku awalnya canggung ketemu Faisal Basri karena aktivis nasional kan. Ternyata ketika bertemu, sangat ramah dan sederhana. Sepanjang jalan dia cerita politik dan kondisi ekonomi negara,” katanya.
Duad yang mengantar Faisal ke Bandara Kuala Namu Medan. Di tengah perjalanan, mendadak kondisi kesehatan menurun.
“Kita panik dan bawa dia ke JW Marriot (hotel). Istirahat, setelah itu baru pulang.”
Yuyun Indradi, Direktur Eksekutif Trend Asia, mengenang pertemuan terakhir bersama Faisal Basri saat Festival Durian di Dairi, akhir Agustus lalu. Itu juga perayaan kemenangan warga atas gugatan ke pengadilan. Mahkamah Agung menganulir putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara terkait izin lingkungan PT DPM.
“Ada sorot kebahagiaan di sana. Dia berkumpul dengan masyarakat dan merayakan kemenangan itu,” kata Yuyun.
Bahkan, katanya, Faisal sangat berapi-api memberikan pesan dalam talkshow perayaan kemenangan itu. Semangat Faisal Basri, kata Yuyun, tidak pernah luntur sekalipun ada keterbatasan kesehatan.
Saat itu, Faisal berpesan masyarakat jangan lelah melawan. “Masyarakat yang menggantungkan diri dari pertanian buah-buahan diminta untuk terus memperkuat perekonomian mandiri,” katanya.
Dia memandang Faisal sebagai sosok yang mendedikasikan diri untuk perbaikan bangsa. Itu sebabnya kritik yang diberikan Faisal selalu berani dan keras melawan.
Argumen dari sisi ekonomi yang diberikan Faisal justru menjadi inspirasi dalam pembelaan lingkungan Yuyun dan aktivis lingkungan lain. Dia belajar banyak dari Faisal Basri.
“Pak Faisal tahu where he is good at. Jadi, ilmu ekonomi dia pakai untuk melawan argumen ekonomi yang dipakai untuk investasi yang mengeksploitasi. Itu yang berharga buat kami.”
Faisal Basri dalam takshow di Festival Durian Dairi, 30 Agustus lalu. Foto: Irfan Maulana/Mongabay Indonesia
Faisal Basri tak hanya seorang ekonom, juga pegiat lingkungan dan sosial. “Bagi saya, Pak Faisal lebih aktivis dari pada aktivis,” kata Tata Mustasya, Senior Campaign Strategist Greenpeace International, saat dihubungi Mongabay.
Tata yang pernah menjadi anak didik Faisal masih ingat saat pertama kali mengundang dosennya itu dalam peluncuran laporan terkait korupsi yang menyinggung industri batubara pada 2018. Dia tak menyangka Faisal akan memberikan analisis yang tidak seperti ekonom pada umumnya.
Niat awal mengundang Faisal untuk memberikan perspektif dan analisis dari sisi ekonomi. “Ternyata keberpihakannya pada lingkungan sangat kuat.”
Baginya, Faisal sosok yang menginspirasi. Dia akademisi yang sangat paham terhadap keilmuan yang dia dalami hingga menilai suatu kondisi tak hanya dari kacamata ekonomi. Faisal juga bicara sesuatu yang dia yakini benar, menyampaikan kebenaran dan bernyali besar.
“Bang Faisal itu hobinya membuat kebaikan. Saya lihat dia bahagia melakukan itu,” katanya.
Faisal Basri juga memiliki sifat sederhana. Pemikir yang humble. “Tidak pernah ada bicara kesombongan dalam setiap obrolan dengan Bang Faisal.”
Kesederhanaan Faisal juga terlihat dari tidak pernahnya sang ekonom meminta perlakuan khusus dalam setiap pertemuan. “Bang Faisal datang sendiri, dia tidak pernah minta perlakuan khusus. Bang Faisal ini adalah orang yang langka,” kata Tata.
Muhammad Jamil, Kepala Divisi Hukum Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), mengatakan, Faisal Basri sebagai seorang intelektual organik. Pengetahuan Faisal digunakan pada level berbeda, yakni, untuk kemaslahatan masyarakat. Dia juga sederhana dan ikut membersamai perjuangan warga. Faisal, katanya, beberapa kali diminta menjadi ahli dan tidak pernah minta bayaran atau fasilitas khusus.
“Tahu-tahu malah beliau terkadang datang lebih dulu dalam persidangan.”
Jamil mengenang, dalam sebuah persidangan keterbukaan informasi tentang kontrak karya se-Indonesia saat pandemi COVID-19, Faisal meminta persidangan secara luring sekalipun hakim mengatakan bisa daring. Faisal pun menyiapkan protokol kesehatan seperti tes PCR secara swadaya.
“Itu yang mengagumkan dari Pak Faisal. Dia memberikan banyak catatan dan masukan pada kami saat mengurus perkara itu.”
Faisal Basri, Ekonom INDEF, (kiri) dan Kepala Departemen Diakonia HKBP, Pdt. Debora Purada Sinaga (kanan) saat menikmati durian di Festival Durian, Sindikalang, Kabupaten Dairi, Jumat, (30/8/24). Irfan Maulana / Mongabay Indonesia
Berpihak pada lingkungan
Keberpihakan Faisal terhadap lingkungan dan masyarakat tidak perlu diragukan lagi. Hal ini lah yang menjadikan Faisal Basri berbeda dari ekonom yang lain dan sering berseberangan dengan pemerintah.
Faisal, kata Tata, selalu menyebut kalau Indonesia tidak bisa maju tanpa mensejahterakan masyarakat dan mengabaikan aspek lingkungan.
“Pemahaman ekonomi politik Bang Faisal sangat kuat. Dia paham ada yang salah dari kebijakan kita dalam bidang ekonomi,” katanya.
Mukri Friatna, Deputi Eksternal Walhi Nasional memandang Faisal Basri sebagai ekonom ini yang sangat berbeda dari yang lain. “Ini kehilangan sangat besar sekali. Kami ga menemukan ekonom lain yang seberani beliau ini,” katanya.
Banyak ekonom berbicara cenderung keuntungan dan tak peduli kerusakan lingkungan dalam sebuah fenomena atau pembangunan.
Faisal Basri berbeda, justru berbicara kenyataan dan berpihak pada masyarakat dan lingkungan. “Pak Faisal ini harusnya menginspirasi ekonom lain. Pemikiran beliau sangat langka,” kata Mukri.
Kiki Verico, Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) selepas dari rumah duka bercerita, Faisal Basri menginspirasi banyak pihak dalam bidang ekonomi.
Keberpihakan Faisal terhadap lingkungan tak lepas dari kemampuan dia melihat kemajuan ekonomi yang tak bisa meninggalkan sumber daya alam dan manusia.
“Bang Faisal ingin mengingatkan, alam itu kondisi yang penting dalam ekonomi,” kata Kiki.
Faisal mau mengingatkan kembali pertumbuhan ekonomi mesti menjadi pertambahan nilai bagi lingkungan. “Bang Faisal mau mengingatkan lagi jangan hanya berfokus pada tujuan nilai tambah ekonomi, tapi harus ada tujuan lingkungan yang diperhatikan.”
Dia menaruh hormat pada Faisal atas kegigihan dalam menjaga idealisme. Sulit mencari ekonom tandingan Faisal Basri yang pintar menulis, menyuarakan pikiran dan bernyali besar. “Itu yang mengagumkan dari beliau. Beliau menjadi dirinya sendiri.”
Faisal Basri, (empat dari kanan) bersama masyarakat Dairi saat merayakan Festival Durian, 30 Agustus lalu. Foto: Irfan Maulana/Mongabay Indonesia
*******
Kala Kasus Korupsi Tambang Nikel Mantan Gubernur Malut Seret Keluarga Jokowi
Sumber: Mongabay.co.id