Gedung RSCM. Kemenkes menyebut adanya kasus dugaan bullying dokter di banyak rumah sakit, termasuk RSCM.
JAKARTA — Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) buka suara terkait kasus dugaan perundungan atau bullying terhadap mahasiswa program pendidikan dokter spesialis (PPDS). Pasalnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan adanya kasus dugaan bullying di rumah sakit tersebut.
Subkoordinator Humas RSCM Yani Astuti mengatakan, pihaknya telah mendapatkan arahan dari Kemenkes terkait kasus dugaan bullying di tempatnya bekerja. Menurut dia, seluruh informasi terkait kasus itu kini dipusatkan di Kemenkes.
“Kami mendapatkan arahan dari Birokom Kemkes tentang informasi bullying dipusatkan di Birokom Kemkes,” kata dia melalui pesan singkat kepada Republika, Rabu (4/9/2024).
Kasus dugaan bullying yang diduga menjadi pangkal kematian dokter Aulia Risma Lestari terus bergulir dan banyak membuka tabir. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyatakan, hingga kini terdapat 542 laporan terkait bullying dokter yang masuk ke dalam data Kemenkes.
“Jadi yang masuk ke dalam kanal pengaduan itu 1.500 laporan, tetapi kemudian kan kita harus verifikasi apakah 1.500 itu betul-betul perundungan karena kan ini sifatnya sangat subjektif. Dari 1.500 itu, 540-nya yang betul-betul terkategori masuk dalam kasus perundungan,” kata Nadia saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (3/9/2024).
- Advertisement -
Menurut dia, dari 542 kasus perundungan tersebut, 221 kasus di antaranya terjadi di beberapa rumah sakit vertikal yang ada di bawah Kemenkes. Bahkan, kasus itu juga diduga terjadi di RSCM.
“Itu ada di RS M Djamil Padang, RS Mohammad Hoesin Palembang, RS Adam Malik Medan, bahkan di RSCM Jakarta juga ada, kemudian RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, RS Kariadi Semarang, RS Wahidin Sudirohusodo Makassar, RS Kandou Manado, hampir semua rumah sakit vertikal Kementerian Kesehatan, di mana memang rumah sakit ini menjadi wahana pendidikan dari sebagian besar pendidikan dokter spesialis,” kata dia.
Menghilangkan kebiasaan bullying yang dianggap lumrah.. baca di halaman selanjutnya.
Sumber: Republika