- Seekor hiu paus (Rhincodon typus) terdampar di Perairan Koto Nan 2 IV Hilia Muaro Anakan, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, pada Kamis (29/8/2024) lalu
- Hiu paus tersebut terjerat oleh nelayan sehingga tertarik ke daerah pantai dan tidak bisa kembali ke laut.
- Terdamparnya hiu paus di pantai Pesisir Selatan itu bukanlah pertama terjadi. Berdasarkan catatan BPSPL. Padang sudah tiga ekor hiu paus terdampar sejak November 2023
- Jalur perairan Pesisir Selatan, Sumbar merupakan jalur migrasi ikan-ikan besar seperti paus dan hiu paus
Seekor hiu paus (Rhincodon typus) terdampar di Perairan Koto Nan 2 IV Hilia Muaro Anakan, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, pada Kamis (29/8) lalu.
Terdamparnya hiu paus ini pertama kali diketahui dari unggahan video akun Facebook Syaf Putra Panai, bertuliskan “Ikan Besar terdampar di Muaro Batang Kapeh, 29 Agustus 2024”.
Dalam video itu terlihat hiu paus tersebut terdampar di perairan dangkal dengan kondisi masih hidup, bagian ekornya terlihat masih mengepak-ngepak. Atas unggahan itu, Balai Pelestarian Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang meninjau ke lokasi terdampar pada Jumat, (30/8/2024) untuk melakukan upaya penanganan.
Saat tim tiba di lokasi, hiu paus dengan panjang 7,8 meter berjenis kelamin jantan ini sudah mati dengan kondisi kode 2 menuju kode 3 (mulai pembusukan).
Hendrisman, Ketua Tim Kerja Perlindungan dan Pelestarian BPSPL Padang mengatakan lokasi kejadian terdampar merupakan daerah tangkapan ikan nelayan pukat pantai. Hiu paus itu terjerat oleh nelayan sehingga tertarik ke daerah pantai dan tidak bisa kembali ke laut. “Nelayan kesulitan untuk mengembalikan hiu paus ke laut lepas mengakibatkan hiu paus tersebut mati,” jelasnya kepada Mongabay, Sabtu (31/8/2024).
Dia mengatakan penanganan bangkai hiu paus tidak bisa menggunakan penggunaan alat berat seperti ekskavator karena keterbatasan akses menuju lokasi. Upaya yang dilakukan dengan menarik bangkai dengan tali bersama masyarakat dan ditarik dengan mobil minibus. Namun upaya tersebut gagal menarik bangkai ikan ke tepi.
- Advertisement -
“Hiu paus tersebut, dipotong menjadi dua bagian dengan mengeluarkan organ dalam. Tubuh hiu paus dibakar agar mengurangi kebusukan. Selanjutnya pukul 22.00 WIB, hiu paus tersebut akhirnya di tarik ke laut lepas dan dibiarkan terurai alami,” ungkapnya.
Baca : Dalam Sepekan, Dua Hiu Paus Terdampar di Pesisir Selatan Sumatera Barat. Apa Penyebabnya?
Seekor hiu paus (Rhincodon typus) terdampar di Perairan Koto Nan 2 IV Hilia Muaro Anakan, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Kamis (29/8/2024). Foto: Dok. BPSPL Padang
Peristiwa Terdampar Ketiga Kalinya
Terdamparnya hiu paus di pantai Pesisir Selatan itu bukanlah pertama terjadi. Berdasarkan catatan BPSPL Padang sudah tiga ekor hiu paus terdampar sejak November 2023.
Pertama pada 7 November 2023, seekor hiu paus terdampar mati di pantai Sungai Pampan, Nagari Tigo IV Koto Hilir, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan.
Hiu paus itu pertama kali ditemukan oleh nelayan yang sedang melaut pada petang hari dengan kondisi mulai membusuk (kode 3). Kemudian bangkai hiu paus sepanjang 7 meter itu dikubur di lokasi dengan jarak sekitar 100 meter dari bibir pantai untuk mencegah dampak pembusukan.
Kemudian pada 11 November 2023), seekor hiu paus tersangkut pukat (jaring) nelayan di Pantai Sungai Pinang, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan. Dugaan awal hiu paus sepanjang 10 meter tersebut masuk ke perairan dangkal karena mengejar makanannya berupa plankton dan ikan-ikan kecil hingga ke tepi.
Beruntung hiu paus tersebut berhasil diselamatkan masyarakat dengan mendorongnya secara beramai-ramai ke tengah laut. Dan teranyar, hiu paus terdampar di Perairan Koto Nan 2 IV Hilia Muaro Anakan kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, pada Kamis (29/8/2024).
Baca juga : Seekor Hiu Paus Terdampar di Pantai Kincia, Bagaimana Nasibnya?
Seekor hiu paus (Rhincodon typus) terdampar di Perairan Koto Nan 2 IV Hilia Muaro Anakan, Kecamatan Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Kamis (29/8/2024). Alat berat tidak dapat akses ke lokasi sehingga upaya penguburan gagal dilakukan. Foto: Dok. BPSPL Padang
Terdamparnya hiu paus di perairan Pesisir Selatan, menurut Harfiandri Damanhuri, staf pengajar dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Bung Hatta, Padang karena fenomena perubahan iklim. Beberapa bulan terakhir, sebagian besar wilayah di Sumbar memasuki musim panas (kemarau) dan baru beberapa hari ini memasuki musim penghujan.
“Ini ada fenomena perubahan iklim. Kemarin cukup lama panas dan ini baru mulai ada hujan, jadi produktivitas sumber nutrien di permukaan air menjadi hangat. Bagian yang hangat ini sumber perairannya subur sehingga fitoplankton atau sumber ikan,” jelasnya saat dihubungi Mongabay, Sabtu (31/8/2024).
Banyaknya sumber ikan ini, membuat hiu paus ke tepi pantai mengejar makanan. “Harusnya ia berada di tengah tapi karena sumber makanannya banyak di tepi sehingga ia sampai ke tepi, terbawa arus dan terdampar,” sebutnya.
Dia menjelaskan jalur perairan Batang Kapas, Pesisir Selatan ini termasuk ke Sutera adalah jalur ikan-ikan besar seperti paus dan hiu paus. “Perairan Batang Kapas ini menurut catatan paling banyak terdampar. Bahkan di daerah Punggasan, Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan, ada namanya kuburan Raja Ikan. Itu yang terdampar paus atau hiu paus. Jadi daerah-daerah pesisir Pantai Sumatera Barat ini (mulai dari utara sampai ke selatan) sebenarnya memang jalur migrasi biota laut,” ungkapnya.
Butuh Penanganan Cepat
Sementara itu, Sekar Mira, peneliti mamalia laut Pusat Riset Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRO BRIN) mengatakan penyelamatan hiu paus membutuhkan rentang waktu yang cepat karena bernapas mengambil oksigen dari air.
“Begitu dia terekspos di udara berarti dia tidak bisa bernafas. Dia sudah panik sekali. Sehingga harus secepat mungkin dikembalikan ke air sehingga insangnya paling tidak terendam air sehingga ia bisa bernapas,” ungkapnya.
Tetapi melihat kendala yang dihadapi tim BPSPL Padang di lapangan, lanjutnya, sehingga hiu paus tidak bisa diselamatkan.
Baca juga : Mengapa Hiu Paus Kerap Terdampar di Pantai? Begini Penyebab dan Upaya Meminimalisasi
Tim BPSPL Padang membakar isi perut hiu paus yang sudah mati, setelah proses penarikan dan penguburan gagal dilakukan. Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia
Sekar mengatakan secara nasional sebenarnya pemerintah sudah mengupayakan jejaring penanganan cepat mega fauna terdampar, namun perlu efektivitas dari simpul-simpul jejaring ini agar cepat menangani kejadian terdamparnya megafauna laut.
Mengenai penyebab terdampar, dia menduga karena aktifitas manusia atau penyebab alami bisa alami. “Kalau gangguan alami terkait predator dan sebagainya. Kalau gangguan dari manusia dan seperti banyak terjadi belakangan ini seperti fenomena yang terkait perubahan iklim, seperti pasang surut yang terlalu ekstrim, yang membuat mereka berada di lokasi-dilokasi diluar prediksi mereka. Kemudian cuaca buruk, seperti badai dan topan juga sangat mempengaruhi,” ulasnya.
Aktifitas manusia yang mengganggu satwa laut seperti aktifitas perikanan dan gangguan kebisingan laut. Kemudian penyebab lainnya minimnya kesedian pakan karena bersaing dengan kondisi over fishing di laut dan juga karena penyakit.
Untuk memastikan penyebab kematian, katanya, diperlukan nekropsi atau pemeriksaan pasca kematian. Terkait penanganan pasca kematian, Sekar menyebut bisa dilakukan dengan mengubur bangkainya untuk mengurangi potensi zoonosis atau ditenggelamkan.
“Jika dirasa cukup berat untuk menarik ke darat, bisa ditenggelamkan. Ditarik ke tengah laut menggunakan jaring kemudian diberi pemberat untuk ditenggelamkan. Cara lainnya bisa juga dibakar,” pungkasnya. (***)
Hiu, Pari dan Hiu Hantu di Indonesia Hadapi Kepunahan yang Terus Meningkat
Sumber: Mongabay.co.id