BANDA ACEH – Sutradara dokumenter Dirty Vote Dandhy Laksono berbagi kisah di balik layar film yang telah ditonton lebih dari 20 juta kali itu. Bersama videografer Yusuf Priambodo, ia bercerita dalam diskusi di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh, Sabtu (2/3/2024) malam.
Diskusi bertajuk ‘Setelah Dirty Vote’ berlangsung sekitar pukul 20.30 WIB. Puluhan peserta memadati halaman sekretariat AJI Banda Aceh di Batoh, Kota Banda Aceh.
Menurut Juli Amin, Ketua AJI Banda Aceh, kehadiran Dandhy dan Yusuf sangat ditunggu untuk menjawab banyak pertanyaan yang selama ini terpendam ketika menyaksikan Dirty Vote.
“Kok Bang Dandhy dan kawan-kawan ini cukup berani mengangkat isu-isu krusial ke publik? Ini sangat penting untuk memotivasi para jurnalis muda di Aceh,” kata Juli Amin tatkala membuka diskusi.
Dandhy bercerita bahwa mereka punya waktu cukup singkat untuk memproduksi Dirty Vote: tiga pekan sejak perencanaan sampai tayang di kanal YouTube. “Ada keajaiban di situ,” kata Dandhy.
Faktor lain, tiga narasumber film itu selama ini menjadi ‘bintang’ media, yaitu Bivitri Susanti, Zainal Arifin Muchtar, dan Feri Amsari. Sebab itu, Dandhy hampir tidak ada kesulitan berimprovisasi cara penuturan para narasumber.
“Konsep di ilmu hukum diturunkan dalam bahasa sederhana yang dapat ditonton masyarakat umum,” katanya.
- Advertisement -
Dandhy mengatakan ada tiga faktor penting dokumenter hampir dua jam itu sukses diproduksi dalam waktu tak mencapai sebulan. “Pertama, kru sudah standby (siap) dan terlatih, kedua narasumber terbiasa bicara di depan kamera, dan ketiga momentum [Pemilu]. Karena momen itulah orang akan bicara politik,” katanya.
Ia sejak awal menduga potensi viral atau tidak film itu seimbang alias 50-50 karena diunggah di kanal YouTube baru tanpa pengikut. Promosi pun dilakukan sehari sebelumnya.
“Teman-teman tidak membayangkan film ini meledak. Ekspektasi kami tidak seviral itu,” katanya.
Sementara, Yusuf Priambodo juga menceritakan pengalamannya terlibat dalam film ini. Ia baru menyelesaikan Ekspedisi Indonesia Baru, perjalanan keliling Indonesia dengan sepeda motor bersama Dandhy, Farid Gaban, dan Benaya Ryamizard Harobu.[]