BANDA ACEH – Direktorat Jenderal (Dirjen) Belmawa Kemendikbudristek, Profesor Sri Suning Kusumawardani, mengatakan bahwa standar pendidikan pendidikan tinggi yang relatif kaku, perlu adanya inovasi baru yang lebih sederhana.
Hal tersebut ia sampaikan saat menjadi pembicara pada seminar nasional di Universitas Syiah Kuala (USK), berbarengan dengan Muktamar Asosiasi Prodi Manajemen/Administrasi Pendidikan Indonesia (APMAPI) ke-11 di AAC Dayan Dawood, Kamis (12/10/2023) kemarin.
“Sumber belajar bisa dari berbagai macam, dan inovasi hanya bisa dilakukan dengan ruang gerak yang luas,” jelas Prof Sri Suning.
Menurutnya, salah satu inovasi ada pada program Kampus Merdeka yang berdiri pada tahun 2020. Dimana telah memiliki lebih dari 760.000 mahasiswa yang berkegiatan di luar kampus, 1.000 penelitian industri, 33.000 melibatkan dosen dan mahasiswa.
Materi yang bersangkutan bertema: Transformasi Standar Nasional dan Akreditasi Tingkat Tinggi. Profesor Sri Suning menekankan, bahwa mahasiswa perlu berinovasi, meningkatkan kompetensi secara regional dan global, dengan begitu lapangan pekerjaan menjadi meluas.
“Persiapkan mahasiswa kita untuk keluar, mengikuti MSIB, ISMA, maka pola pikirnya berubah sangat signifikan, luangkan waktu satu semester untuk belajar di luar kampus,” pesan Dirjen Belmawa ini.
Senada dengan itu, Rektor USK, Profesor Marwan menyampaikan, USK sepandangan dan serius menggarap MBKM, karena dengan adanya program ini kampus bisa mengarahkan mahasiswa, yang lebih linear dalam membentuk karakter, maupun pengembangan soft skill.
- Advertisement -
“Pada tahun ini USK sudah mengalokasikan sampai Rp 10 miliar untuk kegiatan MBKM Mandiri maupun MBKM USK Unggul,” ucap Marwan.[]